Ketika Anda mengunjungi situs web kami, jika Anda memberikan persetujuan, kami akan menggunakan cookie untuk mengumpulkan data statistik gabungan guna meningkatkan layanan kami dan mengingat pilihan Anda untuk kunjungan berikutnya. Kebijakan Cookie & Kebijakan Privasi
Pembaca yang Terhormat, kami membutuhkan cookie supaya situs web kami tetap berjalan dengan lancar dan menawarkan konten yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan Anda dengan lebih baik, sehingga kami dapat memastikan pengalaman membaca yang terbaik. Anda dapat mengubah izin Anda terhadap pengaturan cookie di bawah ini kapan saja.
If you would like to learn more about our Cookie, you can click on Privacy Policy.
Amelia POV Samuel mencium bibirku dengan kelembutan yang membuat tubuhku membeku. Otakku memerintahkan untuk menolaknya, untuk menjauh dan mengingatkan diriku pada semua batasan yang ada di antara kami. Tapi tubuhku mengkhianati akal sehatku. Aku tak mampu bergerak, tak mampu mendorongnya pergi. Sebaliknya, mataku perlahan terpejam, dan aku terhanyut dalam sentuhan bibirnya. Ada sesuatu yang berbeda dalam ciumannya. Tidak ada nafsu yang memaksa, tidak ada dorongan yang kasar. Hanya kelembutan yang nyaris membuatku menangis. Bibirnya menyentuhku dengan hati-hati, seperti aku adalah sesuatu yang rapuh, boneka porselen yang takut dia pecahkan jika dia terlalu kuat. Sentuhan itu menggetarkan seluruh tubuhku, seolah setiap saraf yang ada di dalam diriku terbangun dalam harmoni yang asing namu

