Amelia’s POV David membawaku berkeliling rumah sakitnya yang modern. Interiornya penuh dengan sentuhan canggih, memancarkan profesionalisme dan ambisi yang begitu mencerminkan dirinya. Meski ada kehangatan dalam cara dia berbicara, aku merasa bersyukur dia cukup bijaksana untuk tidak menyebutkan Ricky. Aku yakin dia tahu, seperti semua teman-teman almamater kami, bahwa kematian Ricky dalam tragedi tsunami telah meninggalkan luka yang begitu mendalam di hatiku. “Jadi, apa kegiatanmu sekarang, Mel? Aku sudah lama nggak kontak sama teman-teman kampus kita sejak pindah ke Aceh,” tanya David dengan senyum hangat. Aku menyesap teh yang dia tawarkan sebelum menjawab, “Aku sibuk ngurus klinik kecantikan. Itu aja sih, nggak ada yang lain.” “Wah, kamu punya klinik sendiri? Keren banget!” katan