12. Percaya dan Yakin

1788 Kata

Sehabis makan malam bersama ibu dan bapak mertua. Makan malam yang, yah bisa dikatakan cukup tegang, sebab dua adam di sana saling bersitatap dengan tajam. Tak sedikit pria yang lebih tua di antaranya melayangkan berbagai pertanyaan yang menyudutkan. Seperti: kenapa membiarkan istrimu bersama dengan pria lain ketika ke rumah kami? Bukankah kau merupakan seorang suami yang cukup paham agama? Bagaimana bisa kau—dan masih banyak lagi. Zharif tentu merasa terpojok dan merasa bersalah, mungkin. Terlebih dilihatnya saat itu air muka Almira yang menunjukkan kesedihan. Seketika itu pula membuatnya teringat tangis pilu perempuan itu beberapa waktu yang lalu. Ketahuilah, bahwa ketika ia sibuk berjibaku antara hati dan ego, Zharif memilih menuruti apa yang hatinya katakan dan secara perlahan member

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN