Almira diam merenung. Tangannya mengusap perutnya yang makin lama makin membuncit. Ia masih terpikir atas apa yang disaksikannya waktu itu. Tentang Zharif yang berbicara dengan seorang wanita cantik berkerudung merah di depan kantor waktu itu. Memang biasa. Sebab, mungkin saja itu adalah kliennya. Namun, yang tidak biasa dan mengundang tanda tanya adalah tangisan wanita itu. Yang menangis dengan pilu di hadapan Zharif yang memasang wajah datar. Kejadian sudah terlewat dua hari yang lalu, tetapi tak mampu Almira lupakan. Ingin rasanya Almira bertanya tentang hal tersebut kepada Zharif. Tapi, ia merasa terlambat. Sebab sudah berlalu. Mungkin saja Zharif melupakannya. Sangat tidak baik jika kembali mengungkit hal-hal yang sudah berlalu, bukan?Tapi, Almira penasaran. Ia ingin tahu. Zharif sua