"Tuan, maaf. Tuan, bangun, Tuan." Zharif mengerutkan dahinya, mencoba membuka mata dengan pencahayaan yang terasa silau sekali di matanya. Saat mata sudah mulai beradaptasi, ia dapati Bi Rum yang memasang wajah keibuannya seperti biasa. "Ya, Bi? Ada apa?" balas Zharif dengan suaranya yang serak. Ia mengalihkan mata ke tangannya yang tak pernah lepas menggenggam tangan Almira. Wanita yang sampai saat ini tak kunjung membuka mata. Bi Rum tersenyum. "Udah masuk subuh, Tuan. Lebih baik Tuan bersihkan badan dulu, trus salat Subuh. Almira biar saya saja yang jaga," ucapnya lembut. Dengan tangan keriputnya yang mengusap pelan puncak kepala Zharif. "Iya, Bi," balas Zharif singkat. Sebelum benar-benar pergi, Zharif menghadiahi Almira kecupan di dahi. Kemudian berbisik singkat di telinga wanita