"Papa mana? Kok nggak ke sini?" Baru saja Almira menginjakkan kakinya di dapur, pertanyaan itu lolos begitu cepat dari Rayya. Pantaslah demikian, sebab Almira hanya seorang diri datang tanpa Zharif. Padahal, sudah dikatakannya sedari awal pada gadis kecil itu bahwa ia akan membangunkan Zharif. Bersama mereka makan sarapan, layaknya keluarga. Harapnya. Almira menghampiri Rayya. Tangannya terulur, mengusap lembut kepala Rayya sembari berkata. "Papa kamu lagi butuh istirahat, Sayang." "Papa sakit?" Almira diam. Sedikit kiranya ia terkejut atas betapa perasanya gadis kecil itu. Dengan gerakan pelan, ia anggukan kepalanya. "Iya,” ucapnya. Mendengar itu, langsunglah Rayya menuruni kursi yang ia duduki lalu berjalan menuju kamar dengan membawa segelas s**u. Almira tersenyum kecut. Matanya mena