Bab 88 Jalur yang Benar

1142 Kata

Pagi itu rumah keluarga Mahardika beraroma roti panggang dan teh hitam. Semua tampak sempurna di permukaan. Taplak meja putih gading, bunga mawar merah muda di vas kristal, dentingan sendok beradu dengan porselen. Namun di antara kilau perak dan aroma mentega, ada udara tegang yang sulit dijelaskan. Rania duduk di kursinya, menunduk menatap piring tanpa selera. Matanya masih sedikit sembab, tapi sudah ia tutupi dengan riasan tipis yang dibawa oleh perias khusus ibunya. Arga duduk di sebelahnya, mencoba bersikap normal, sesekali menatap Rania seperti ingin menghibur, tapi tahu situasi ini terlalu rapuh untuk disentuh. Nayla, yang duduk di seberang, tampil sempurna. Gaun krem pastel membalut tubuhnya dengan elegan, rambutnya tersanggul anggun. Di jari manisnya, cincin berlian yang baru sem

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN