Bab 92 Dalam bayangan Arga

1318 Kata

Senja merayap di langit, mengguratkan jingga yang membias di kaca gedung tinggi. Rania duduk di ruang kerjanya yang baru—sebuah ruangan kecil di lantai enam, dengan jendela menghadap taman belakang Mahardika Group. Bukan posisi bergengsi seperti dulu saat ia menjadi sekretaris langsung Gibran, tapi setidaknya, ruang itu tenang. Dia baru saja menyelesaikan laporan mingguan ketika suara langkah berat terdengar dari koridor. Tak lama, pintu diketuk. “Boleh masuk?” Rania menoleh. Sosok Arga berdiri di ambang pintu, masih mengenakan kemeja biru yang digulung sampai siku. Ia membawa dua gelas kopi, senyumnya samar tapi menenangkan. “Kamu belum pulang?” tanyanya pelan. Rania menggeleng. “Masih ada revisi laporan. Aku nggak mau Papa kecewa.” “Kalau terus begini, kamu bisa sakit.” Arga meleta

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN