Bunyi bel apartemen terdengar tiga kali. Rania baru saja selesai menyalakan teko listrik ketika suara itu membuatnya terdiam. Jarang ada tamu di apartemennya. Dengan alis mengernyit, ia berjalan ke pintu dan mengintip siapa yang datang dari lubang kecil di pintu. Napasnya tercekat. Nayla, kakaknya datang tanpa pemberitahuan. Membuka atau tidak? Pertanyaan itu sempat muncul, tapi ia tahu mengabaikan kakaknya hanya akan menimbulkan masalah baru. Dengan hati-hati, ia membuka pintu. “Kak Nayla.” Suaranya datar, tanpa ekspresi. "Kakak kenapa ke sini?" "Aku sudah bilang akan mampir ke sini dua hari lalu." "Tapi aku bilang, tidak usah ke sini, aku akan pulang ke rumah kalau kakak butuh." Nayla berdiri anggun di ambang pintu dengan dress putih sederhana, rambut hitamnya tergerai rapi, dan se

