Perjalanan menuju kantor klien memakan waktu hampir dua jam. Saat mereka tiba, Rania segera menata dirinya: merapikan blazer, memeriksa catatan di tabletnya, memastikan semua dokumen sudah lengkap.
Gibran keluar lebih dulu, lalu menunggu di sisi mobil. Saat Rania menutup pintu, ia melihat sekilas ekspresi Gibran — dingin, serius, seperti biasa. Tapi entah kenapa, aura tegangnya terasa berbeda.
“Siap?” tanyanya singkat.
Rania mengangguk. “Siap, Pak.”
Mereka berjalan berdampingan memasuki lobi gedung kaca yang megah. Lift membawa mereka ke lantai 32, tempat meeting dengan calon investor besar akan berlangsung. Di sepanjang perjalanan, Rania berusaha fokus membaca catatan. Namun, beberapa kali ia bisa merasakan tatapan Gibran menyentuhnya. Tatapan itu terlalu lama untuk disebut kebetulan.
