Bab 55 Aku bersedia

1170 Kata

Rania menatap ke luar jendela kereta yang melaju, cahaya kota perlahan memudar digantikan gelapnya malam. Hatinya campur aduk—lega karena bisa meninggalkan sementara semua tekanan, rasa takut yang masih bergetar karena keputusan yang baru saja ia buat, dan rasa penasaran yang menghantui pikirannya tentang Gibran. Ia memegang koper di pangkuannya, seolah menegaskan bahwa langkah ini adalah miliknya sendiri. Dia ingin pergi, jauh dari semua yang menuntutnya. Papa dan Mama yang terus menelepon, Nayla yang selalu meremehkannya, dan bahkan Gibran yang sekarang hatinya tidak jelas berpihak pada siapa. Semua itu terlalu berat untuk ditanggung sekaligus. Pergi ke luar kota adalah satu-satunya cara untuk bernapas, menenangkan diri, dan menyusun strategi. Begitu kereta berhenti di stasiun kota kec

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN