Mata Anin membulat sempurna, kakinya bahkan terasa lemah tak berdaya melihat Ce Vina berada tidak jauh dari mereka saat ini. Lukas melihat wajah pucat Anin, lalu menoleh menatap Ce Vina mengangguk membalas sapaannya. “Mau ke mana?” tanya Ce Vina menelisik wajah Anin. “Mau …, ketemu klien,” kata Anin, menoleh ke arah Lukas. “Ayo, Pak! Nanti kita terlambat,” kata Anin memberi isyarat pada Lukas. Tidak boleh berlama-lama, dia tidak boleh diintrogasi khawatir akan keceplosan. Anin dan Lukas segera berpamitan, sementara Ce Vina menatap keduanya hingga hilang dari pandangannya. Ia merasa iba melihat Anin karena harus lembur menemani Lukas bertemu dengan klien di luar jam kerja. Anin melihat dari kaca spion, Ce Vina masih melihat ke arah mobil meski sudah menjauh. “Kalau ketahuan gimana ya,

