Katakanlah Anin lancang. Saat ini, dia berdiri di depan unit Lukas, tangannya terulur, memasukkan kode yang pernah lelaki itu beritahu. Setelah keluar dari rumah sakit, sebelum kembali ke unitnya, Anin ingin ke sini. Bunyi pintu yang terbuka membuat dadanya semakin sesak. Dengan dorongan pelan, dia melangkah masuk ke dalam ruangan yang sunyi. Terlalu sepi. Ruangan itu rapi, tak tersentuh. Seolah pemiliknya baru saja pergi dan akan kembali kapan saja. Nyatanya tidak, pemiliknya tidak akan kembali. Anin berjalan menuju kamar utama. Hatinya menggebu, berharap menemukan Lukas di sana. Ya, banyak sekali yang Anin harapkan. Berharap, mungkin saja lelaki itu hanya tertidur di balik selimutnya. Air mata Anin jatuh saat memasuki kamar Lukas yang menyambutnya hanya kesunyian. Langkahnya melema

