Lukas tidak bisa lagi menikmati wajah Lea di wajah Anin membuatnya marah. Ia bahkan tidak peduli dengan pecahan gelas yang berserakan di lantai. “Apa kamu marah karena aku merubah sesuatu yang membuat kamu tidak bisa melihatnya di wajahku?” tanya Anin tepat sasaran. Melihat kekecewaan di mata Lukas membuat Anin takut. Lukas meraih dagu Anin mendorong tubuh wanita itu terus ke kitchen sink. “Tidak bisakah duduk diam tanpa melakukan apa pun? Kamu hanyalah tawanan,” tekan Lukas mengalihkan pembicaraan. Ia tidak peduli dengan air mata yang menggenang di mata Anin. Sekali berkedip saja yakin air mata itu akan menetes. Meski Lukas tidak menjawab, tapi Anin rasa dia sudah mendapatkan jawabannya. Anin sampai tidak bisa berkata-kata karena jelas Lukas kecewa berat. Tidak menyangka sedetail itu