Usai sedikit menjauh untuk berbicara dengan Adryan melalui sambungan telepon, Anin tersentak saat suara Lukas terdengar mencarinya, “Honey.” “Iya, Yang. Aku di sini.” Cepat-cepat Anin melangkah mendekat ke arah Lukas yang sudah melayangkan senyuman tipisnya. “Loh, sudah bangun?” tanya Anin, sedikit gelagapan. “Dari mana?” Lukas mengangguk—mengulurkan sebelah tangannya seolah meminta Anin mendekat. “Habis terima telepon,” balas Anin seraya tersenyum. Lukas memicingkan matanya. “Harus sejauh itu,” rajuk Lukas. Anin merebahkan kepalanya di sisi ranjang—di bahu Lukas, sementara tangannya memeluk tubuh lelaki itu—mengatakan ia tidak ingin mengganggu istirahat kekasihnya. “Telepon siapa?” tanyanya lagi. Anin mengangkat pandangannya dan mengecup pipi Lukas, lalu kembali ke posisi semula—mer

