Perlahan, mata Anin terbuka. Ia menoleh, menatap Lukas. Bolehkah Lukas percaya diri? Mengartikan tatapan itu sebagai kebahagiaan karena bisa bertemu dengannya lagi. Mata cantik itu terlihat teduh, sedikit berbinar. “Anin,” panggil Lukas. Senyum tipis menghiasi wajah Anin. Ah, bahkan tanpa polesan apa pun, gadis ini tetap berhasil memikat hati Lukas. Air mata Lukas jatuh lebih dulu. Biarkan saja, ini adalah air mata bahagia. Saking bahagianya bisa melihat Anin kembali. Tangannya bergerak perlahan, menyentuh tangan Anin—menggenggam dan mengusap lembut jemari mungil itu dengan ibu jarinya. “Are you okay?” Kini, tangannya lancang mengusap pipi wanita yang terbaring di hadapannya. “Ada yang sakit?” tanyanya, karena Anin mulai menitihkan air mata. Inikah yang dimaksud dokter itu? Anin menja

