“Anin, aku mencintaimu,” ucap Lukas. Lukas mengamati wajah Anin yang tampak datar, meski terlihat sedikit terkejut. Jujur saja, ia khawatir emosi Anin masih belum stabil, tapi bagaimana lagi? Ia tidak bisa menahan gejolak di dadanya. Bukan hanya ingin mengaku pada Anin, rasanya Lukas ingin seluruh dunia tahu kalau ia jatuh cinta. Keduanya saling bertatapan begitu dalam hingga akhirnya tangan Anin terulur, menyentuh dahi Lukas, membuat pria itu mengerutkan kening, bingung. “Nggak demam, kok,” kata Anin polos, membandingkan suhu tubuh Lukas dengan dahinya sendiri. “Tapi kenapa ngelantur?” gumamnya pelan, kembali menatap Lukas dengan dahi berkerut. Anin kembali mengulurkan tangannya, meraih rahang Lukas dan memutar wajah lelaki itu ke kiri dan kanan, membuat Lukas semakin bingung. “Anin,

