Sejak kepergian Anin, hanya keheningan yang menemani Bena dan Mahesa. Mahesa larut dalam siaran televisi, sementara Bena sibuk dengan ponselnya. Saat makan malam, Mahesa tetap diam, menerima perhatian dari anak bungsunya. Jika sebelumnya ruang perawatan selalu riuh oleh suara cempreng Anin, malam ini terasa begitu sunyi. Bena sangat telaten merawatnya. Mahesa pun menyadari, Anin tak salah memilih. Mahesa mengakui kepedulian wanita itu terhadapnya. “Cukup nontonnya. Istirahat dulu,” ujar Bena, memecahkan keheningan. Mahesa menurut bukan karena ia penurut, melainkan karena malas beradu argumen dengan Bena. Baru saja hendak memejamkan mata, pintu ruang perawatannya terbuka. Asistennya masuk, memberi anggukan hormat sebelum mempersilakan Lukas melangkah ke dalam. Melihat kedatangan Lukas

