Setelah lama membujuk, akhirnya Anin luluh dan mereka duduk bersama menikmati sarapan buatan Lukas. Dalam diam, Lukas terus memandangi wajah kekasihnya yang masih merajuk, jelas belum terima dengan kejadian pagi tadi. Hanya karena melihat pahanya sekilas, Anin sudah ngambek seperti ini—bagaimana kalau gadis itu tahu bahwa semalam Lukas hampir saja mencuri kecupan dari bibir merah mudanya? Lukas menggeleng, mencoba menetralkan pikirannya yang mulai melantur. Apa benar dia lelaki m***m? Hanya melihat bibir Anin saja, gejolak dalam dirinya langsung membara. “Berhenti menatapku,” ketus Anin tanpa memandang Lukas. "Hari ini ikut ke kantorku di tower sebelah, Hanika Hotel, ya," ajak Lukas. Beberapa hari ke depan, kegiatannya hanya di Haninka. Tidak terlalu sibuk, tapi juga tidak sepenuhnya l

