Ini kali kedua Anin datang ke apartemen Lukas. Kali ini sedikit lebih baik dari sebelumnya, ruangan tertata rapi. Sepertinya suasana hati mempengaruhi segalanya. Lukas membuka lemari penyimpanan dan mengeluarkan sendal rumah yang sepasang dengannya. Anin mengulum senyumnya ketika memakainya, lalu berlari kecil ke kitchen island melihat gelas couple. “Spesial untuk kesayangan,” kata Lukas melewati Anin usai mengecup pipi kesayangannya. “Mau apa?” tanya Anin karena begitu masuk Lukas langsung menggulung kemejanya sampai ke siku, mengenakan celemek, dan mencuci tangan. “Aku mau masakin kamu,” katanya penuh semangat. “Tiba-tiba saja?” Mata Anin membulat, mendekati Lukas—memeluk kesayangannya dari belakang—menyembulkan kepala, menelisik wajah Lukas yang menyimpan rahasia. “Yang?” “Iya …,

