27 | Permintaan Sulit

1923 Kata

"Udah, nggak usah ngetawain!" sembur Rea. Mau sampai kapan coba Jayakarsa menertawakannya perkara ati maung? Kan, Rea malu. Ish! Ibu, sih, ah. Berasa aib. Tawa Jaya memang tidak seperti haha-haha atau cekakak weka-weka, sih. Ini cuma setengah dari cengengesannya yang Jaya tutupi dengan jemari. Di mana siku bertumpu pada pintu mobil, sedang tangan sebelahnya aktif memegang setir. Betul! Sampai hari berganti pun ati maung yang ibu bicarakan itu masih jadi bahan olokan Jayakarsa. Sebetulnya Jaya tidak mengolok-olok, sih. Reanya saja yang merasa diolok oleh sunggingan bibir lelaki itu ketika menatapnya. Lagi pula memangnya kenapa kalau ada manusia menyukai jengkol, huh? "Biar aja entar aku makan ati maung supaya Mas gak sudi jamah aku," tukas Rea. Jaya terkekeh. "Ya, silakan." Argh!

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN