Ini gila. Seperti waktu itu. Yang membedakan, sekarang pagi dan tak lama lagi Rea harus ikut rapat. Diawali dengan suara pintu dikunci, lalu setapak demi setapak ketukan pantofel Jaya di marmer, semua itu mengiringi dentum jantung Rea yang makin cepat ritmenya. Kemeja Rea sudah kalang kabut di bagian kancing, Jayakarsa membuat mereka bercerai dari lubangnya. Mempertontonkan bra hitam yang tidak terpasang dengan benar, juga jejak kemerahan di dekat dadaa. Rea pikir sudah selesai sampai di sana, tetapi rupanya ini bahkan masih permulaan. Saat Rea sudah melipir hendak ke kamar mandi, Jaya menahannya. Yang justru kini Rea dibuat duduk di atas meja kerja. "Ada teh, awas tumpah!" tegurnya baik-baik. Jaya melirik cangkir itu. Diraihnya, yang kemudian menyodorkan bibir cangkir kepada Rea.

