Udara di kamar seperti membatu. Pelayan menunduk, sebagian menggenggam apron mereka, sebagian memeluk nampan kosong seolah itu perisai. Leon masih memeluk Ellise di lantai. Alvaro berdiri tegak, napasnya berat, tangan kanan menempel di senjata yang tersarung rapi. Arielle tetap di tempat, wajahnya tenang, namun urat halus di lehernya menegang.
“Bangun,” ucap Alvaro datar pada Ellise. “Jangan meringkuk seperti orang yang tidak memiliki tulang.”
Ellise tidak berdiri. Ia menggeser punggungnya ke tepi ranjang, menatap Alvaro sambil memeluk Leon lebih erat. “Kau akan mengusirku! Lalu apa yang tersisa dariku?"
Arielle melangkah setengah maju. “Berdirilah, Ellise. Kita bicara baik.”
“Tidak ada baik di hadapan istri yang pura-pura suci,” balas Ellise dengan mata merah.
Alvaro mengangkat telap
