Waktu terus berlalu. Hubunganku dengan keluarga Pak Hendi semakin dekat dan akrab. Egar sudah beberapa kali menginap di kamarku. Aku pun terkadang main di kamar Egar di lantai dua. Kami sudah seperti adik dan kakak walau usia kami sangat jauh. Pak Hendi sering mengajakku makan malam dan bahkan membelikan rokok walau dia sendiri tidak merokok. Sejauh ini aku sangat senang dan menikmatinya. Hubungan Pak Hendi dengan istrinya pun semakin akur dan baik. Semua rumor yang mengatakan mereka menikah terpaksa, sama sekali tidak terbukti. Pak Hendi justru sering memuji-muji istrinya yang pandai masak dan juga mencari uang. Dia juga banyak menceritakan nostalgia masa pacaran dulu walau usia mereka terpaut jauh. Karena kebaikan mereka pada bulan berikutnya, aku benar-benar menolak saat Tante Indah