"Sepertinya gaun yang itu lebih cocok untukku," kataku setelah mencoba gaun ke lima. Mbak penunggu butik dengan wajah ramah segera mendekati manekin memakai gaun indah berkilauan penuh manik-manik. Semoga saja gaun itu kekecilan di tubuhku biar gak jadi nikah--tapi itu hal yang gak mungkin banget karena banyak butik lainnya. Aku benar-benar frustrasi bagaimana caranya menghindar dari perjodohan konyol ini. Sumpah ini tuh perjodohan paling aneh. Coba kalian pikir, tiba-tiba saja Ibu Om Reyhan datang bawa rombongan untuk melamarku. Aku dan Om Reyhan sama-sama gak mau tapi gak punya pilihan. Anehnya itu, tiba-tiba ibunya datang, melamar, lalu menentukan tanggal nikah. Besok menikah, ya Allah ingin rasanya aku menghilang dari bumi saja. Om Reyhan yang sejak tadi duduk di sofa sibuk dengan HP