Bima tidak percaya dengan apa yang dia dengar barusan kalau ibunya bertindak sejauh ini, pada Arumi menantu yang dia sukai pun ibunya tetap melakukan hal keji tanpa memikirkan kondisi orang. “Jadi Ibu menyuruh Arumi melakukan itu? Ibu tahu kalau Arumi sedang hamil, tapi kenapa Ibu melakukan ini. Meja makan di rumah kita sangat berat, Bu!” marah Bima. Dadanya naik turun dengan emosi yang menggebu menatap ibunya yang sudah kehilangan alasan untuk berkilah lagi. “Waktu itu tangan Ibu pegal makanya Ibu suruh Arumi yang melakukannya, Bima.” Alasan tidak sesuai dengan kenyataan terlontar dari bibir Dewi. “Kenapa tidak menunggu aku pulang saja?! Kenapa Ibu melakukan ini tanpa berpikir dulu …?!” ucap Bima dengan nada tinggi. “Ibu pikir Arumi sanggup melakukannya sendirian karena sebelumnya ju