26 : Raja Tiran dan Rakyat Licik

1709 Kata

Saat akan berangkat kerja untuk shift malamnya, tepat di depan pintu Nakia kaget mendapati Radhi berjongkok dengan posisi kepala tertunduk. Entah sedang merenung, meratap, atau ketiduran, Nakia kurang tahu. Intinya wajah pria itu tidak terlihat karena menghadap ke arah bawah. “Sejak kapan kamu di sini?” Mendengar pertanyaan bernada sinis, Radhi buru-buru mendongak. Raut wajah yang tadi sayu dan mengantuk, dalam waktu singkat langsung terlihat segar dan berbinar-binar. “Dari sore tadi. Kamu mau berangkat kerja, Ki?” “Kamu pura-pura bodohh atau bodohh beneran, sih? Harusnya setelah kuusir kamu pergi ke rumah orang tuamu, ke tempat temanmu, atau ke mana pun. Jangan diam di sini kayak orang bego!” “Abang nggak mau ninggalin kamu sendirian. Abang juga mikir setelah marahmu reda, kamu bakal

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN