Nakia mulai terganggu dalam tidurnya saat merasakan tubuhnya dipeluk dengan erat. Belum lagi puncak kepalanya dicium berkali-kali, menandakan si pelaku melakukannya dalam keadaan sadar, tidak sedang tidur atau pun mengigau. “Abang ...” panggil Nakia dengan suara yang serak. Sempat mengusap sudut mata dengan punggung tangan, dia lalu menoleh ke belakang. “Abang kenapa belum tidur?” “Hah? O-oh, tidur, kok. Abang tadi tidur, tapi nggak sengaja kebangun.” “Tapi mukanya kayak masih segar. Lagian ngapain peluk Kia kenceng banget? Engap jadinya.” “Maaf, tanpa sadar Abang pakai tenaga.” Kemudian Radhi tertawa lirih, tetapi walau hanya lampu tidur yang jadi penerangan mereka, Nakia sepenuhnya sadar kalau sorot mata suaminya terlihat sendu. Semacam sedih atas sesuatu, tetapi dipaksa untuk ceria.