Udara malam hari terasa dingin di gazebo belakang hotel, untungnya sudah ada selimut yang disediakan, sepaket dengan dua mug teh hangat dan semangkuk potongan berbagai jenis buah untuk camilan malam. Nakia duduk dalam pelukan Radhi, sedari awal mereka tiba di sini suaminya seakan enggan melepas Nakia. Kedua tangan yang melingkar di pinggangnya pun terasa begitu erat, seolah longgar sedikit saja maka Nakia akan hilang dalam genggamannya. “Kenyang banget, Abang. Kia kebanyakan makan daging sapi, tapi untungnya, sih nggak mabok.” “Iya, Abang sampai takjub. Entah kenapa senang rasanya lihat kamu sekarang banyak makan.” Nakia menoleh ke belakang, menatap Radhi sejenak lalu tiba-tiba mengecup bibirnya. “Mulut bicara, tapi pandangan dan pikirannya lagi ke mana-mana. Serius, deh, Abang kelihat