49 : Perpanjangan Waktu

2078 Kata

“Ki, pucat banget mukanya. Kamu sakit, Nak?” Bunda bertanya, setelah kembali dari dapur dan membawa nampan berisi segelas sirop melon segar untuk menantunya. “Enggak, ini gara-gara kurang tidur aja. Kalo Kia bawa istirahat pasti nanti pucatnya bakal hilang.” “Mana hari ini dapat shift malam, kan? Kamu yakin nggak pa-pa? Kepalanya enggak sakit?” “Sedikit.” “Aduh! Nanti Bunda ambilin kotak obat, kamu bisa cari obat sakit kepala di sana. Kalo nggak ada, telepon abang minta dibawain pas dia pulang.” “Beneran nggak pa-pa, Bun. Ini masih bisa Kia tahan, kok.” “Bisa tahan gimana? Jangan disepelein, lho. Ini Bunda yang liat aja khawatir, apalagi kamu yang ngerasain. Pasti nggak enak banget.” Nakia tersenyum melihat ibu mertuanya heboh sendiri. Mendadak dia jadi teringat ibu di rumah. Sudah

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN