Nakia sempat tertidur setelah mandi sore tadi. Kelelahan karena berjalan kaki mengitari kompleks perumahan membuat kantuk menyerangnya. Sekarang, saat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, dia keluar kamar karena merasa lapar. Saat menuruni tangga, terdengar obrolan beberapa orang dari arah ruang tamu. Nakia yang tadinya berniat langsung menuju dapur, memutar arah sejenak demi memuaskan rasa penasarannya. Setibanya di ruang tamu, kelopak mata Nakia sedikit melebar melihat keberadaan Radhi dan orang tuanya. Di tangan pria itu ada buket bunga—bunga yang Nakia yakini ditujukan untuknya. “Nakia ...” Panggilan bernada haru itu menyadarkannya dari keterpakuan. Tatapannya langsung tertuju ke arah sumber suara, dan dia mendapati mata Bunda Asha berkaca-kaca. Tak hanya itu, Bunda Asha lang