Selma berlari meninggalkan Gibran kearah parkiran. Malam yang Selma kira ini adalah malam indah, namun ternyata itu semua hanyalah omong kosong. Air matanya mengalir disaat sekelebat bayangan masalalu kembali berputar di pikirannya. Disaat ia berlari, ada seseorang yang menahannya dari arah belakang. Selma meronta meminta untuk di dilepaskan. Tetapi, laki-laki itu masih saja memaksa Selma untuk berbicara dengannya. “Le ... lepas!” “Selma, tolong dengarkan aku ... kejadian itu, sebenarnya ....” “Lepasin! Kejadian apa? Gue udah lupa sama lo, gue enggak tau siapa lo. Pergi dari sini, gue benci sama lo!” Gibran maju kearah laki-laki itu, “lepas,” ucapnya dengan nada dingin memerintah. “Anda siapa berani ikut campur urusan saya?” tantang laki-laki itu. Gibran su