Baik Kai maupun Nadine sama-sama diam. Nadine tidak ingin bertanya hal yang malah akan membuat Kai makin murung. Pria yang dicintainya itu menyimpan kenangan buruk tentang sosok bernama Ayah. Nadine tidak ingin kehadiran sosok itu saat ini, membuat luka yang sudah mengering harus kembali tergores dan berdarah.
“Jangan bicarakan lagi jika itu terasa menyakitkan. Semua serba kebetulan, jadi sudahlah.” Nadine mengusap lengan Kai yang segera tersenyum lalu mendekatkan keningnya pada kening Nadine.
“Kapan kamu menikahiku ?”tanya Nadine mengalihkan pembicaraan, yang segera menerbitkan lekukan manis di bibir Kai.
“Segera, setelah keluargamu mengatakan iya,aku langsung menikahimu.” Kai tersenyum sangat manis pada wanita di depannya.
“Baby ... i need you,”ucap Kai sambil mengusap lembut bibir N
