Halim langsung meneguk ludahnya susah payah dengar pertanyaan Hamish.
“Halim, kita kembar. Walau sikap kita berbeda, kita berdua selalu memerhatikan, tahu ada sesuatu yang terjadi satu sama lainnya.”
Halim mempertimbangkannya, menatap Hamish kemudian memejamkan mata sekilas, “aku tidak bisa mengatakan banyak, tapi ya memang ini ada hubungannya dengan Kikan.”
“Damn you! Jadi benaran ada something special antara kalian?”
“Ini akan tetap jadi rahasia kita sampai aku pulang ke Jakarta.”
“Kapan?”
“Akhir tahun ini, menunggu cutiku di terima.”
“Masih beberapa bulan, terlalu lama.” Juga Halim tidak bisa buat pengakuan melalui telepon begini. Dia berpikir untuk menghadap langsung dan mengatakan dengan jujur yang terjadi pada semua orang.
“Halim? Apa aku perlu tanya Kikan langsung?” t
