“Kamu ya, ya ampun!” Kikan berdecak. Menatap kesal. Ia meraih alat makannya tepat Halim yang masih dengan handuk melilit di pinggang sudah selesai mandi. “Apa yang terjadi?!” “Ayah!” Felora turun dari sofa, berlari ke ayahnya dan memeluknya, makin terisak. Kikan pilih diam, merapikan itu. “Tadi minta Pancake dan susuu. Udah Bunda buatkan kamu malah begini,” Ia meraih itu semua. “Kikan, aku tanya… ada apa?” Halim mencekal lengannya. Felora masih menangis. “Kamu, semua salah kamu!” Lantang Kikan menyalahkan Halim. “Aku?” “Iya, kenapa Felora di kasih ponsel pagi-pagi?” Kikan seolah menemukan sasaran tepat untuk meluap pagi ini, walau dengan pembahasan lain. “Kamu bisa ambil pelan-pelan, kenapa sampai pakai nada tinggi tadi?” Halim tak percaya, ia sendiri baru selesai mandi lan