Halim terdiam, keningnya mengerut. Ia mendekat. “Kikan, kamu tidak mendengarkan aku?” tanyanya. Memastikan setelah banyak bicara dan Kikan diam saja. "Kikan..." Panggilnya ulang. Halim kian menatap bingung pada Kikan yang hanya berdiri menatapnya bahkan melamun, ia kian mendekat sambil meraih tangan istrinya hingga Kikan tersentak. Seolah terserap kembali, dari lamunan hanya ia yang tahu. Mata Kikan bergerak mencari sesuatu, lalu menemukan tangannya dipegang oleh Halim. Tatapan Kikan beralih ke wajahnya. Tidak ada wajah dingin. Detik itu semua lenyap, ternyata yang terjadi tadi, bukan keberanian Kikan mempertanyakan tentang ‘Lou’. Hanya bayang-bayang Kikan ketika keinginan hatinya untuk meluap sekarang. Kenyataan tidak ada perdebatan seperti itu, ia dan Halim berhadapan di kamar,