"Kok di sini nggak ada Signal sih?" Jelita mengangkat ponselnya tinggi-tinggi mencoba mencari satu signal untuk menghubungi kekasihnya. Jelita awalnya tidak peduli untuk menghubungi Jenggala tapi bayang-bayangan tentang sosok wanita cantik begitu saja berkelebat di ingatannya. Jelita menatap orang-orang yang hilir mudik ke sana kemari untuk memulai pemotretan. Benar kata Jemita jika tempat ini begitu indah, sejuk dan segar. Warga di sini pun ramah-tamah menyambut mereka yang datang dari kota. Tapi Jelita tidak bisa hidup tanpa gadget. Bagi Jelita gadget itu hidup kedua karena semuanya ada di sana. Jelita lebih baik kehilangan dompet karena dia sama sekali tidak pernah membawa dompet. Jadi yah satu-satunya benda yang Jelita bawa hanya ponsel. Ponsel adalah dompetnya. "Lo adiknya Jemita?