"Memangnya kita pacaran?" Arsila mendengus pada Dewa. "Memang enggak, pacaran cuma buat anak muda, kita langsung menikah aja." Dewa tersenyum. "Saya, mah, masih muda, kali. Memangnya, Bapak. Udah tua!" sindir Arsila, dia memalingkan wajah dari Dewa. Arsila tidak dapat menekan sudut bibirnya yang terangkat, jadi dia hanya bisa berpura-pura bahwa Dewa tidak melihatnya tersenyum. "Memangnya saya sudah tua?" Dewa memprotes tidak terima, namun kemudian pria itu berbisik di telinga Arsila, "Tapi kamu puas, kan, sama yang tua." Arsila menyikut perut Dewa sebagai balasan. Arsila merasa semakin dia mengenal Dewa, semakin hilang citra Dewa yang semula dingin dan irit bicara padanya. Wajah Arsila memanas, dia buru-buru berdiri, takut jika dia tetap berada di dekat Dewa, jantungnya tidak akan aman