Briana sebenarnya tidak mengerti dengan keadaan dari gadis yang harus ia panau setiap malam ini. Jika saja ia menjadi nona muda dari keluarga Goulding, sudah pasti ia akan menghabiskan usianya untuk berfoya-foya dan berbelanja sesuka yang mau tanpa harus memikirkan harga barang yang ingin ia beli ketimbang harus mengasingkan diri di kamar tanpa melakukan apapun. Bukankah itu lebih membosankan dari sekedar menikmati kekayaan dari keluarga Goulding yang tidak akan pernah habis sampai 7 turunan?!
Briana belum pernah sekali pun melihat wajah asli dari gadis yang kini terlihat sedang menutup pintu kamarnya setelah seseorang yang pastinya Kelly kelaur dari kamarnya.
Ah, ya. Kelly sebagai asisten dari Hailee juga terlihat kurang bersahabat dengannya. Tidak pernah sekali pun ia melihat wanita itu menyapanya atau sekedar tersenyum padanya. Memang tidak ada keharusan, namun tetap saja ia merasa tidak suka dengan keadaan seperti itu.
Kelly selalu memusatkan perhatiannya pada tablet yang selalu ia bawa kemana-mana. Entah ada apa didalam tablet itu, Briana tidak mau repot untuk perduli.
Briana berdiri untuk membuat secangkir kopi agar matanya bisa terus terbuka memperhatikan layar monitor setiap malam. Ia cukup senang dengan pekerjaan ini. selain hanya memantau pergerakan gadis muda didalam rumah, ia juga tidak harus membuat tubuhnya lelah harus mengikuti tuannya kemana pun mereka pergi.
Bekerja disini, ia hanya perlu melebarkan matanya untuk memperhatikan layar monitor yang memperlihatkan kamera dengan sensor infra red yang memperlihatkan seorang gadis muda tertidur, namun sepertinya semakin lama ia melakukan pekerjaan seperti ini akan membuatnya merasa bosan karena harus selalu melihat monitor dengan pergerakan yang sama.
Briana kembali ke meja monitor setelah meneduh kopi hitam favoritnya dan menghisap aroma yang dikeluarkan dari kopi itu. briana seketika melebarkanmatanya karena tidak melihat nona mudanya didalam kamar.
Briana segera menaruh gelas yang berisi kopi ke meja yang agak berjauhan dengan monitor. Kemudian ia mengotak-atik monitor dan melihat setiap sudut rumah yang memperlihatkan setiap sudut rumah.
Briana begitu sangat terkejut saat ia melihat nona mudanya berada didalam dapur dan hanya berdiri melihat keadaan dapur yang terlihat bersih tanpa ada sedikitpun makanan bahkan noda disana.
Hailee terlihat mengelilingi setiap sudut dapur dan entah apa yang ia cari. Hailee kemudian membuka kulkas dan mengambil sebotol s**u disana. Menuangkannya kedalam gelas dan mengambil beberapa snack makanan didalam kulkas. Hailee melihat sekelilingnya dan berlari dengan membawa beberapa makanan dan sekotak s**u yang semula ia minum didalam gelas.
Briana lega melihat nona mudanya yang ternyata hanya pergi ke dapur dan mengambil beberapa makanan ringan seperti pencuri.
“Ternyata dia lapar.” Ucap Briana dan menyandarkan punggungnya di kursi. Briana kembali mengambil secangkir kopi yang hampir ia jatuhkan karena rasa terkejutnya tidak bisa melihat nona mudanya didalam kamar.
Kini Briana bisa bernadas lega karena nona mudanya sekarang sedang memakan makanan yang ia bawa dari dapur.
Entah Briana akan bertahan atau tidak, menunggui Hailee makan dan merasakan perutnya yang mulai berbunyi. Didalam ruangan ini hanya tersedia kopi, gula dan s**u serta alat pembuat kopi otomatis tanpa ada makanan disana.
Beberapa saat, Briana akhirnya melihat Hailee tertidur tenang.
“Secepat itu dia tidur.” Ucapnya yang lebih terdengar pada diri sendiri dan menyusul Hailee memejamkan matanya tanpa memperdulikan lagi tugasnya untuk memantau Hailee meski hanya melihatnya sedang tertidur pulas di monitor.
Briana merasakan sesuatu yang dingin menempel lekat pada pipinya. Ia membuka matanya perlahan dan sosok pertama yang ia lihat adalah wajah datar dari Jeff. ia merasa mimpinya kali ini terasa begitu sangat nyata. Briana mengerjapkan matanya beberapa kali hingga ia mendengr suara bariton dari seorang laki-laki yang begitu terasa dingin.
“Apa begini kerjamu?” suara itu mirip sekali dengan suara seeorang yang sangat menyebalkan baginya.
Briana masih juga belum bisa mengumpulkan nyawanya dengan utuh. Wanita itu mengusap kedua matanya dengn satu tangan kanannya mencoba tersadar secara penuh.
“Cepat bangun!” ucap suara laki-laki itu dan seketika membuat Briana tersadar sepenuhnya.
Briana menegakkan tubuhnya di kursi kerja tempat ia tertidur pulas saat melihat Hailee juga sudah terlihat tertidur.
“Ah, sir. Maaf, sepertinya tadi subuh saya tidak sengaja tertidur.” Briana mencoba memberikan penjelasan yangmungkin masuk akal untuk dijadikan alasan.
“Untung saja ini sudah jam pergantian, jika saja kulihat kau tetap bermasalan saat kerja. Aku akan menggangikanmu dengan tim Hugo.” Jeff sebenarnya hanya ingin membuat Briana sedikit terancam dengan menyebut nama Hugo, namun reaksi tak terduga dari Briana membuat Jeff sedikit terkejut.
“Jangan harap,” ucap Briana cepat, “Ah, ma.. maksudnya saya, saya tidak akan mungkin mengulanginya lagi. kalau begitu saya permisi.” Briana segera undur diri karena ia tidak ingin nyawanya terancam lagi dengan berganti tim bersama tim Hugo yang dikenal tim paling sadis dan ditkuti di departemen tempatnya bekerja. Jangan sampai nyawanya terancam hanya karena ia sedikit tertidur pulas. Ah, sebenarnya ia sudah tertidur pulas sejak semalam. Untung saja didalam ruang monitor tidak ada cctv. Jika asaja ada, ia tidak mungkin punya alasan lagi.
Jeff tidak terlalu memusingkan ucapan Briana, toh ia hanya sedikit menggertak dengan menyebut nama Hugo. Cukup efektif.
Jeff tahu malam tadi Hailee tertidur semenjak ia berganti shift, ia bisa melihatnya di layar tablet yang terhubung dengan semua cctv yang ada di rumah ini. Ia cukup bisa tertidur dengan tenang malam tadi.
Hari ini tidak ada jadwal khusus yang mengharuskan Hailee keluar rumah. Hari ini adalah persiapan untuk pesta penyambutan Hailee yang akan diadakan besok malam. Jeff penasaran, apa yang akan dilakukan gadis itu?! bertemu dengannya saja gadis itu sudah merasa ketakutan, bagaimana ia akan bergabung dengan pesta yang melibatkan banyak orang?! Batinnya.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Waktunya Hailee untuk keluar kamar dan menikmati hidangan makanan yang sudah disediakan para maid. Ini juga waktunya bagi Adam untuk memperlihatkan kembali wajah kucunya didepan Hailee.
Bukan tanpa alasan Jeff mengajak Adam untuk tinggal di rumah ini. ia ingin membuat Hailee berteman dengan Adam sebagai anak yang sudah kehilangan orang tuanya. Jeff pikir, itu akan sedikit membantunya dalam mendekatkan dirinya dengan Hailee. Itu akan semakin membuatnya dekat dengan hailee, meski butuh waktu lama.
Hailee terlihat sedang mengendap keluar dari kamarnya. Jeff melihat dengan seksama di layar monitor. Jeff tidak melihat raut wajah Hailee karena terhalang hoodi yang ia kenakan setelah melihat rekaman cctv di luar kamar. Jeff menyeringai.
Hailee yakin anak yang kemarin pasti ada disekitar sini. Ia mencoba untuk menghindar dari anak yang diketahuinya bernama Adam itu. Ia tidak ingin mengambil resiko bertemu dengan anak itu dan membuatnya ketakutan.
Berbagai makanan sudah tersedia di meja makan seperti biasanya. Hailee lebih memilih segelas s**u yang tersedia disana dan meminumnya hingga tandas. Kemudian ia mengambil sepotong roti cruissan yang ada didepannya bersama sup yang berada tak jauh dari jangkauannya. Dari arah pintu belakang, Hailee mendenanr tawa anak kecil yang semakin mendekat padanya ia sangat yakin, suara itu berasal dari Adam.
Hailee segera memakan roti yang ada ditangannya dan mencoba pergi sebelum anak itu muncul. Saat ia hendak berbalik, sapaan anak kecil memanggilnya dengan suara yang terdengar hangat ditelinganya.
Seorang anak kecil nampak dari balik pintu itu dan dengan menggemaskannya membawa bola yang ada ditangannya dengan wajah yang penuh dengan kotoran yang berasal dari tanah.
“Selamat pagi kakak.” Sapa Adam yang melihat Hailee hendak pergi.