Part 9

1678 Kata
Hailee segera memakan roti yang ada ditangannya dan mencoba pergi sebelum anak itu muncul. Saat ia hendak berbalik, sapaan anak kecil memanggilnya dengan suara yang terdengar hangat ditelinganya. Seorang anak kecil nampak dari balik pintu itu dan dengan menggemaskannya membawa bola yang ada ditangannya dengan wajah yang penuh dengan kotoran yang berasal dari tanah. “Selamat pagi kakak.” Sapa Adam yang melihat Hailee hendak pergi lengkap dengan senyum manisnya, berharap untuk kesekian kalinya sapaannya dibalas oleh si pemilik rumah. Meski Adam hanya seorang anak yang masih sangat muda dan bisa dibilang anak yang jauh dari usianya, Adam adalah sosok anak yang tidak pantang menyerah dan berputus asa meski ia tahu sudah tidak akan ada lagi orang tua yang harusnya mendampingi dirinya di usia emasnya. Hailee hanya melihat Adam dari ekor matanya dan segera pergi meninggalkan bocah lugu yang terlihat ingin mengenal dirinya. Sementara itu, Jeff muncul dari arah Adam datang dan mengusap kepala Adam lembut. “Tidak apa-apa, nanti kita coba lagi.”   Hailee kembali ke kamarnya dengan hati yang sedikit gelisah. Tatapan berbinar saat suara imut itu menyapanya begitu membekas diingatannya, dan pandangan harap juga ia dapatkan dimanik mata lembut bocah kecil yang hampir setiap hari menyapanya tanpa sedikitpun terlihat sedih. Padahal dari yang ia dengar, bocah yang terlihat menggemaskan itu baru saja kehilangan kedua orang tuanya. Hailee bukannya tidak ingin dekat dengan bocah itu, ia hanya tidak tahu harus melakukan apa pada bocah itu. Apa yang harus ia lakukan untuk membalas sapaannya? Apa yang harus ia katakan saat mereka ingin memulai obrolan? Atau apakah ia harus memberikan berbagai macam mainan dan memberinya uang saku sebagai tanda persahabatan? Sungguh, Hailee merasa sangat kebingungan. Melihat dan mendangar keceiaannya saat bermain dengan Jeff membuat hati Hailee sedikit tergelitik untuk ikut tertawa meski ia tidak tahu apa yang membuat mereka begitu riang saat bermain. Ya. Tawa mereka begitu menular pada dirinya hingga tanpa sadar ia ikut tersenyum mendengar gelak tawa mereka dari arah taman rumahnya. Seperti hari-hari biasanya. Hailee hanya akan mengintip Adam dan Jeff yang selalu asik bermain dari balkon kamarnya agar ia tidak terlihat memperhatikan mereka dari atas sini. Jeff terlihat masuk kedalam rumah dan membiarkan Adam bermain sendiri di taman dengan bolanya yang selalu ia bawa-bawa. Hailee hanya tersenyum melihat tingkah menggemaskan dari Adam. Adam bermain sendiri dengan bolanya yang kemudian ia tendang hingga masuk kedalam kolam taman yang besar dan terlihat tidak begitu dalam namun sepertinya cukup membuat Adam dalam bahaya. Adam merentangkan tangannya untuk mengambil bola miliknya yang terjatuh ke dalam air kolam. Hailee meremas-remas tangannya dan menggaruk-garuk kuku ibu jarinya dengan kuku jari lain. Hailee merasa khawatir dan cemas melihat Adam dalam bahaya. Ia tidak ingin turun kebawah dan berurusan dengan orang lain, namun di sisi lain ia harus menyelamatkan nyawa Adam. Kaki adam berjinjit karena tangan kecilnya tidak mampu untuk meraih bola miliknya. Melihat Adam semakin dalam keadaan yang bahaya, tanpa berpikir lagi Hailee berlari ke luar kamarnya tanpa memakaih jaket hoodi seperti biasanya ia saat keluar dan dengan segenap kekuatan yang ia miliki berlari menghampiri Adam yang hampir tenggelam. Sesampainya di taman, Hailee melihat Adam hampir masuk kedalam kolam dengan kaki kiri yang berjinjit dan masih menapak diatas tanah. Hailee segera menarik Adam dengan meraih pinggang bocah kecil itu dan menjauhkan Adam dari kolam taman. Sembari mengatur nafasnya yang terputus-putus karena harus berlari sekuat yang ia bisa, Hailee mengambil bola milik Adam. “Bolamu.” Hailee menyodorkan bola Adam yang sebelumnya terjatuh kedalam kolam taman dengan suara yang masih terengah dan rendah, hampir berbisik. Adam bukannya mengambil bola yang disodorkan oleh Hailee. Adam malah berhambur ke pelukan Hailee tanpa menghiraukan bola di tangan Hailee. “Terimakasih kakak cantik.” Ucap Adam kemudian dan membuat Hailee semakin mengerutkan keningnya dalam. “Terimakasih juga dariku.” Dari arah depan Hailee, Jeff datang dengan membawa dua gelas cangkir ditangannya dengan wajah yang tersenyum lembut kearah Hailee. Seketika Hailee menundukkan wajahnya dan menjatuhkan bola yang sedari tadi ia pegang untuk diberikan pada Adam. “Maukah kakak bermain denganku sekarang?” tanya bocah kecil itu polos. Adam hanya tersenyum melihat Hailee hanya menatapnya tanpa menjawab pertanyaannya tadi. Sementara Adam hanya tersenyum melihat Hailee hanya menunduk dan menatapnya. Jeff datang dengan membawa sandal rumah yang ia bawa dari rak sepatu yang tak jauh dari taman dan menunduk untuk memakaikan Hailee sandal rumah karena Hailee berlari dengan tergesa ke taman tanpa memakai alas kaki. “Sebaiknya anda memakai alas kaki jika keluar rumah. Kaki anda sangat dingin.” Jeff selesai memakaikan Hailee alas kaki dan menengadah keatas kemudian ia melihat wajah Hailee dari dekat. Wajah cantik tanpa pulasan make up begitu membuat Jeff sedikit berdesir dengan mata indah yang dimiliki oleh Hailee. Hailee memalingkan wajahnya karena Jeff menatapnya dari arah bawah dan membuat ia merasa tidak nyaman. “Selesai. Kalian bisa bermain sekarang. Kebetulan, aku sedang ada urusan dan tidak bisa menemani Adam bermain. Anda bisa bermain dengan bebas tanpa menghiraukan saya.” Jeff berdiri dan memasukkan satu tangannya kedalam saku celana. Ia tersenyum ke arah Adam dan Hailee bergantian, lalu pergi setelah berpamitan dan mengelus puncak kepala Adam lembut. “Ayo kak, aku punya sesuatu untukmu!” Adam menarik tangan Hailee dan membawa Hailee ke rumah bagian belakang yang dikhususkan untuk para maid dan staff lainnya di rumah itu karena hanya Jeff yang diijinkan untuk tinggal di rumah utama selain para penjaga. Hailee menuruti apa yang dilakukan oleh Adam. Hailee memperhatikan sekitar rumah belakang. Ia sedikit terkejut karena ia baru mengetahui adanya rumah lain selain rumah yang ditinggalinya. Beberapa orang maid dan para staff begitu terkejut mendapati sang putri tuannya memasuki rumah para pegawai bahkan bersama dengan seorang anak kecil yang dititipkan Jeff pada mereka. Para maid dan staff rumah menunduk ketika mereka tersadar bahwa Hailee benar-benar mendatangi tempat mereka. Setelah mengangguk hormat, mereka berhamburan entah kemana meninggalkan Hailee dan Adam yang kini  telah memasuki kamar bocah itu yang bernuansakan anak-anak. “Lihat kak! Aku punya bola baseball dan baseball glove yang dibelikan kak Jeff. aku sangat ingin bermain ini bersama kakak.” Adam begitu berbinar menjelaskan dengan semangatnya betapa ia ingin bermain dengan Hailee. “Ayo kak, kita main baseball!” Adam menarik tangan Hailee kembali dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya memegang bola baseball dan baseball glove ia serahkan pada Hailee. Mereka kembali ke taman dan bermain bersama tanpa ada penolakan lagi dari Hailee. Setelah Hailee sebelumnya malu-malu, kini ia bisa dengan bebas melempar bola dan menangkapnya sesuka hati bersama Adam yang sebelumnya hanya bisa ia saksikan dibalik balkon kamarnya dengan sembunyi-sembunyi. Hailee tidak mengerti kenapa ia mau saja bermain dengan Adam tanpa rasa canggung lagi. Mungkin ini karena keinginannya merasakan kegembiraan yang sebelumnya Adam dan Jeff perlihatkan. Sementara Jeff tersenyum senang menyaksikan Hailee kini mau keluar dari kamarnya dan berinteraksi dengan Adam. Mungkin keputusannya untuk meninggalkan Adam sendiri di taman adalah hal yang baik, yang sebelumnya ia khawatirkan Hailee tidak mau menolong Adam. Ya, Jeff sengaja meninggalkan Adam sendiri dalam bahaya agar ia bisa membangunlan sisi empati dari Hailee meski taruhannya adalah keselamatan Adam sendiri. Ia bisa bernafas lega Adam selamat. Bahkan ia sempat ingin menolong Adam dari dalam dapur yang terlihat langsung ke arah taman, namun kemudian ia dikejutkan dengan kedatangan Hailee yang berlari tanpa alas kaki. Kemajuan yang bagus. Suara dering ponsel dari dalam saku celana Jeff berbunyi nyaring dan memperlihatkan nama bosnya kini. “Hallo, tuan!” jawab Jeff. “Hey, nak! Kenapa begitu formal? Santai saja!” Rowman Goulding dari seberang sambungan telepon. “Tidak apa-apa tuan. Saya senang berbicara formal dengan anda.” “Ah, terserah kau saja. Aku hanya ingin mendengar perkembangan dari putriku. Bagaimana?” “Seperti yang sudah saya katakan. Tidak terlalu sulit untuk membangunkan naluri manusia. Apalagi naluri dari seorang yang memiliki jiwa lemah seperti Hailee. Saya pasti bisa membuat putri anda melakukan hal diluar perkiraan anda.” Dari seberang telepon, Rowman terkekeh. “Aku suka semangatmu. Aku menunggu saat-saat putriku kembali seperti semula sebelum ia mengalami hal mengerikan seperti dulu.”   Malam yang tidak pernah Hailee nantikan akhirnya datang juga. Dua minggu kemudian setelah ayahnya menyetujui untuk mengundur acara yang menurut Hailee amat sangat tidak penting itu datang. Acara yang tadinya akan diadakan 2 hari setelah kedatangan Hailee ke London diundur hanya  dua minggu. Tidak terlalu jauh. Bahkan Hailee berharap acara seperti ini ditiadakan. Beberapa hari mengenal Adam dan bermain dengan bocah menggemaskan itu membuat hati Hailee sedikit terobati. Setidaknya ada hal yang membuat Hailee menunggu-nunggu untuk malam pergi dan bisa menghabiskan waktu dengan Adam. Temannya yang ia percayai kini. Hailee memakai gaun yang sudah ia pilih sendiri dari deretan gaun yang berjejer dibawa oleh Kelly khusus ke kamarnya. Hailee tidak terlalu suka memulas dirinya dengan berbagai roduk kecantikan. Selain karena ia tidak pandai dalam hal bermake up, Hailee juga tidak suka jika wajahnya disentuh leh orang lain. Adam juga tampil dengan pakaian formal. Semakin menggemaskan dengan setelah tuxdeo hitam dan dasi kupu-kupu dilehernya. Meski ia mendapatkan undangan khusus dari Hailee, Adam juga tetap gugup harus mendampingi Hailee di pesta ini. setelah beberapa hari bersama dengan Adam, Hailee cukup senang. Selama ini ia hidup hanya dengan dunianya sendiri tanpa mengizinkan siapaun untuk mengisi hari-harinya. Kehadiran Adam dalam hidupnya yang memiliki kisah yang jauh lebih menyakitkan karena harus kehilangan orantuanya sejak kecil mungkin menjadi alasan bagi mereka saling mengisi kesepian hati mereka masing-masing. Meski kini Hailee sudah memiliki kedekatan dengan Adam, tak membuat Jeff juga dekat dengan Hailee. Hailee masih saja tetap sama dinginnya jika sedang bersama Jeff, berbanding terbalik dengan caranya bersama dengan Adam. Tangan Hailee begitu berkeringat dan dingin. Ia masih berharap tidak datang diacara yang tidak pernah ia harapkan ini.jika saja bisa, ia ingin lari saja bersama Adam dan berdiam diri di salah satu pulau terpencil yang tidak pernah didatangi oleh siapapun. Hailee tidak pandai bahkan tidak bisa memakai make up di wajahnya. Ia juga menolak untuk di make up oleh orang-orang yang didatangkan khusus dari salon ternama di London. Hailee lebih memilih tidak memakai riasan apapun dibanding harus berdekatan dengan orang asing yang menyentuh dirinya. Namun jika dilihat dengan seksama lagi, Hailee tetap cantik meski tidak memakai riasan apapun. Kulit putih khas asia dengan hdung mancung yang diwariskan dari ayahnya, mata sebiru lautan yang begitu teduh serta bulu mata panjang lentik alami, dan jangan lupakan bibir merah mudanya yang cantik meski tanpa memakai lipstik. Wujud sempurna dari seorang dewi. Rambut hitamnya ia biarkan tergerai agar bisa menutupi dirinya dari pandangan orang-orang yang melihatnya. Acara ini juga ia minta khusus agar tidak ada yang memotret dirinya, seperti biasa. Ia bukannya takut pada kilatan, ia hanya selalu pusing jika kilatan kamera mengenai matanya. Sebuah tangan ungil terulur untuk menggenggam jemarinya lembut. “Ayo kak, jangan takut. Aku bersamamu.”  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN