Kemarahan Jeff benar-benar sulit untuk dibendung. Ia memutuskan untuk melampiaskannya pada olahraga menembak sepulang ia mengantarkan Hailee dan berganti sift. Jeff menghabiskan semua target yang melayang di udara dengan tepat sasaran. Ia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh dr. Isabel. Ia begitu penasaran dengan maksud dan tujuan adik dari ayah Hailee itu mencelakai keponakannya sendiri.
Emosi Jeff semakin membuncah begitu ia melihat orang yang paling ingin ia lenyapkan tengah bercakap-cakap dengan Hailee. Meski Hailee hanya diam dan mendengarkan dr. Isabell. Entah obrolan apa yang membuat mereka terlihat bahagia sementara Hailee yang hanya mengulas senyum tipisnya.
Hailee langsung berdiri begitu ia melihat keberadaan Jeff dan membuat dr. Isabel melihat ke arah mata Hailee melihat. Terlihat oleh Jeff, dr. Isabel menyeringai tipis melihat kedatangannya.
“Oh, hallo Jeff. aku mendengar banyak cerita tentangmu dari Adam. Apa sekarang sudah memasuki jam kerjamu menjaga Hailee?” dr. Isabel kemudian melirik Briana yang tengah berdiri dekat dengan Hailee.
“Tidak. Tugas saya menjaga Hailee 24 jam dari orang-orang yang berniat buruk padanya, termasuk orang-orang yang memiliki banyak wajah.” Balas Jeff dengan menatap dr. Isabel tajam.
Dr. Isabel hanya tersenyum tenang dengan balasan dari Jeff.
“Oh, baguslah. Kau bisa diandalkan.” Dr. Isabell merubah duduknya dan berdiri dengan tangan yang ia selipkan di tangan, “Baiklah, aku datang kemari hanya ingin melihat keadaan Hailee karena dia tidak datang dipertemuannya. Aku juga sudah memberinya obat,” dr. Isabel kemudian mengusap lengan Hailee pelan. “Hailee, jangan lupa untuk di minum secara teratur. Kau harus rutin meminumnya.”
Dr. Isabel pergi. Jeff menyeringai setelah melihat punggung dr. Isabel menghilang.
“You motherfucker!” gumam Jeff.
Suara gebrakan pintu mobil terdengar begitu keras hingga membuat sopir yang tengah duduk di depan terperanjat.
“f*****g jerck!” Umpat wanita setengah baya itu keras.
Dr. Isabella Asthon. Bibi dari Hailee. Adik kandung dari Rowman Goulding, ayah Hailee. Bertahun-tahun ia menunggu kedatangan Hailee setelah kakaknya begitu lihai menyembunyikan Hailee setelah istrinya meninggal, dan kini ia harus menghadapi Jeff yang tak lain hanyalah seorang bodyguard kecil. Ia tidak bisa meremehkan si kacung yang selalu menghalangi rencananya.
Jemarinya ia remas-remas keras menahan emosinya. Urat-urat tangan hingga kepalanya terlihat sangat jelas. Meski usianya tak lagi muda, namun kecantikannya tetap terlihat. Dr. Isabell yang selalu menampakkan wajah lembutnya, kini ia terlihat begitu menyeramkan.
“Aku benar-benar tidak tahan! Aku ingin segera mencabik-cabik anak sialan itu! Dan manusia rendah itu, dia tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa! Beraninya dia menatapku seperti itu! HAHHHH manusia rendah b******k!” dr. Isabel mengumpat dan berteriak keras hingga orang-orang yang ada di dalam mobilnya sedikit bergidik ngeri.
“Apa saya perlu menyingkirkan lelaki itu nyonya?” tanya seorang wanita yang berada di samping dr. Isabel.
“Aku ingin gadis manja itu hidup sendirian dan kesepian. Bahkan aku tidak ingin seekor semut pun berada di sekitarnya.” Dengan suara bergetar, dr. Isabel memberikan instruksi pada asisten pribadinya.
“Apapun yang anda inginkan nyonya.”
“Dimana Kelly dan Briana? Kenapa mereka tidak mendampingimu? Kenapa kau sendirian? Mana obat yang diberikan dr. Isabel?” tanya Jeff beruntun.
Hailee tersenyum tipis melihat Jeff, kemudian ia mulai mendekati Jeff dan memeluk Jeff. seketika Jeff terlihat menurunkan emosinya. Jeff hampir saja kelepasan dan tidak bisa menahan emosinya, namun pelukan Hailee begitu cepat menyurukan emosinya yang hampir meledak.
Hailee mengangkat kepalanya melihat wajah khawatir Jeff yang masih terlihat jelas.
“Tenanglah. Kelly sedang membawa makanan dan minuman untukku, sekarang waktunya aku meminum obat. Sementara Briana sedang bermain dengan Adam. Tadi bibi Isabel harus bicara empat mata denganku, tapi ternyata dia hanya sedang merindukanku.” Jelas Hailee.
“Obatnya?”
Hailee menunjuk meja yang terdapat obat pemberian dari dr. Isabel.
“Baiklah. Aku akan membawanya. Kau harus habiskan obat yang sebelumnya.” Hailee mengangguk dan menuruti Jeff tanpa membantah sedikt pun.
“Bersiaplah. Kita akan keluar. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Pakailah sesuatu yang nyaman.” Jeff mengerlingkan matanya dan mencium Hailee sekilas.
Pipi Hailee merona indah mendapati bibirnya bersentuhan dengan bibir Jeff. Dadanya serasa akan meledak karena ciuman sekilas yang justru memberikan efek yang luar biasa itu. tak tahukah Jeff, perlakuannya iini malah semakin membuat Hailee membuncah bahagia?! Batin Hailee.
Hailee dan Jeff sudah sampai di tempat tujuan mereka. Kali ini Hailee mengenakan baju yang lebih santai dari biasanya. Ia tak lagi memakai sweater hitam berhoodie yang sepertibiasanya ia kenakan. Tentu saja karena Jeff.
Hailee masih memaki sweater, namun kali ini ia mengganti warnanya dengan warna pastel yang lembut dan memakai jelana jeans kesukaannya. Hailee memadukannya dengan sepatu putih dan membuatnya terlihat menggemaskan dengan kacamata hitamnya.
“Kurasa orang-orang memperhatikanku Jeff.” Semenjak ia turun dari mobil, Hailee terus menundukkan kepalanya. Ia tak berani melihat tatapan orang-orang yangmelihat ke arahnya.
“Itu karena kau cantik.”
Pipi Hailee bersemu merah dan semakin menunduk malu mendengarkan jawaban dari Jeff.
“Apa yang akan kita lakukan disini? Kemana Adam dan Briana?”
“Adam begitu excited mendengar kemana kita akan pergi, dia bersama Briana. Mereka sedang membersihkan area di sekitar Istana Buckingham.”
“Istana Buckingham? Benarkah? Sejak lama aku ingin kesana,” Hailee seketika berhenti dan membuat Jeff melihatnya tersenyum mengerti. “Tapi Jeff aku...”
“Aku tahu. Aku selalu bersamamu,” Jeff menggenggam kembali tangan Hailee dan kembali membawanya berjalan menyusuri jalanan London yang tidak terlalu ramai mengingat ini bukanlah akhir minggu. “Maaf, aku tidak membersihkan semua area disini karena aku ingin kau merasakan bagaimana serunya berbaur dengan orang yang tak kau kenal.”
Hailee hanya mendengarkan apa yang dikatakan oleh Jeff dan mencoba menebak-nebak. Mereka memasuki antrian dengan tangan Hailee yang begitu erat menggenggam lengan Jeff hingga terasa kuku tangannya terasa menancap kulit Jeff, namun Jeff tetap tenang dan membiarkan tangannya kesakitan. Ia sudah memperkirakan reaksi Hailee, namun ia harus melakukannya karena ini juga adalah bentuk terapi yang disarankan oleh Geby, teman psikiaternya.
Hailee tersenyum senang dan semakin mendekatkan tubuhnya pada Jeff.
Mereka begitu menikmati perjalanan selama mengelilingi Istana Buckingham, meski beberapa kali Hailee sedikit gemetar ketakutan setiap ada orang lain didekatnya. Hailee juga mulai melepas kacamata hitamnya.
“Hailee, masih ada satu tempat lagi yang akan kita kunjungi.”
Hailee menegakkan tubuhnya setelah beberapa waktu memperhatikan beberapa bunga cantik yang tumbuh di taman Istana Buckingham. Hailee semakin excited dengan kejutan-kejutan yang diberikan oleh Jeff. semua hal yang ia lakukan dengan Jeff adalah yang pertama baginya.
“London Eye. Kita akan kesana.”
“London Eye?”
“Ya”
Mereka keluar dari Istana Buckingham saat keadaan sudah mulai gelap. Mereka memutuskan untuk menaiki angkutan umum yang ada disana untuk sampai di Hungerford Bridge and Golden Jubilee Bridges untuk menikmati suasana malam hari di Sungai Themes dan melanjutkan perjalanan menuju London Eye.
Jeff mennunjukkan sebuah bianglala besar yang ada disebelah kiri Hailee. “Disana. Kita akan kesana dan menaiki bianglala itu. Aku akan memperlihatkanmu pemandangan kota London 360 derajat.”
Hailee cukup terpana dengan bianglala yang terlihat besar ditempat mereka berdiri. Ia berdiri begitu jauh dari bianglala itu, namun bianglala tu masih terlihat besar. Ia tidak bisa membayangkan setinggi apa bianglala itu jika dilihat dari dekat.
“Jeff, aku tegoda dengan pemandangan kota London, tapi aku tidak yakin bisa menaiki bianglala itu. itu terlalu tinggi.” Hailee meringis men=mbayangkan ia menaiki benda tinggi itu.
Jeff menggenggam tangan Hailee.
“Itulah gunanya aku berada didekatmu. Kau aman bersamaku.”
Mereka berjalan menyisir jalanan menuju ke London Eye. Hailee tak hentinya menikmati suasana malam sepanjang mereka berjalan. Ia bahkan melupakan ketakutannya berada di kerumunan orang-orang yang berlalu lalang. Hailee terus memperhatikan kota London saat malam hari dengan memeluk lengan Jeff erat.
Hailee dan Jeff bersiap memasuki bianglala London Eye. Selama menunggu memasuki kabin bianglala, Hailee melihat banyak orang yang sudah lebih lama menaiki bianglala. Hailee sedikit ragu untuk menaiki bianglala setelah melihat beberapa orang berada di dalam kabin. Mungkin saja Jeff juga membiarkannya bersama dengan beberapa orang di dalam kabin. Mengingat ia bersama Jeff, tetap saja Hailee sedikit ketakutan dan gelisah.
Jeff mengeratkan genggaman tangannya pada Hailee. Ia tahu keresehan Hailee.
Mereka memasuki kabin yang sedikit lebih mewah dari kabin yang sudah ia lihat sebelumnya. Hailee mengerutkan keningnya.
“Aku tidak mungkin membiarkan orang lain melihat matamu yang bersinar saat melihat pemandangan malam London yang menakjubkan.”