Part 13

1300 Kata
Seperti mendapatkan lampu hijau, Jeff menyentuh setiap lekukan tubuh hailee dibalik jaket tebalnya dan tangannya berhenti di lekukan leher Hailee dan membawa Hailee semakin menempel padanya. Tangan besarnya terlihat seperti menguasai kepala Hailee yang mungil dan tanpa sadar tangan Hailee meremas kemeja putih Jeff dan semakin merapatkan dirinya. Ciuman Jeff yang semakin intens turun hingga menuju lekukan leher Hailee yang indah hingga tanpa sadar Hailee menyebit nama Jeff dengan suara seraknya yang lebih terdengar sexy bagi Jeff dan semakin membuat Jeff bertambah liar. “Hahh... Jeff...” Seperti tersadar dengan suara yang dikeluarkan oleh Hailee, Jeff segera menarik diri dari Hailee dan seakan tersadar dengan apa yang terjadi padanya. “Maaf. Aku tadi hanya... hanya...” Jeff tergagap karena ia tidak bisa mencari alasan yang kuat karena tidak bisa melawan hasratnya terhadap Hailee. Wajah Hailee begitu bersemu merah dan terlihat salah tingkah didepan Jeff. Entah mengapa saat perpisahaan antara bibirnya dan juga bibir Jeff seakan ada perasaan tidak suka didalam hatinya. Hailee menggigit bibirnya sendiri yang tak luput dari pandangan Jeff dan membuat Jeff terlihat khawatir karena Hailee semakin mengigiti bibirnya sendiri. “Hey hey hey. Berhenti menggigiti bibirmu. Itu akan menyakitimu. Aku hanya akan mengantarkanmu ke kamarmu. Aku tidak akan melakukan kesalahan seperti tadi lagi. Hem?!” Jeff berusaha agar Hailee tidak memandangnya sebagai lelaki m***m yang hanya mementingkan ego dalam hal seksual, namun tanpa sadar Jeff melukai hatinya karena menyebut ciumannya sebagai kesalahan. Tak tahukah dia, bahwa ciuman tadi adalah yang pertama baginya?! Batin Hailee. Ada setitik dalam sudut hati Hailee yang seakan marah mendengar ucapan Jeff, namun Hailee tak memiliki keberanian untuk menunjukannya dan hanya bisa mengigiti bibirnya. Jeff mengangkat tubuh Hailee dan membawa Hailee menaiki tangga menuju kamarnya. Sementara Hailee hanya bisa memandangi dagu Jeff yang terlihat dari bawah wajah Jeff dengan sembunyi-sembunyi melalui kelopak matanya yang terhalang oleh bulu mata lentiknya. Jeff membawa Hailee masuk kedalam kamar dan membaringkan Hailee hingga menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut. Saat ia hendak meninggalkan Hailee, tangan mungil yang sudah pasti milik Hailee menarik ujung tangan kemejanya. Jeff memandangi Hailee dan tangan Hailee yang menarik lengan bajunya bergantian. Ia berfikir mungkin saja ia salah lihat dan ingin memastikan bahwa tangan yang menarik lengan bajunya adalah milik Hailee. “Apa ada yang kau perlukan lagi?” tanya Jeff dan tidak menaruh kecurigaan apapun. “Disini.” Jawab Hailee pelan dan lebih terdengar seperti berbisik. “Apa?” Jeff sebenarnya mendengar dengan jelas apa yang dibisikan oleh Hailee karena jarak antara dirinya dan Hailee tidak terlalu jauh. Bukannya menjawab, Hailee memalingkan wajahnya dan melepaskan pegangan tangannya dari lengan baju Jeff. Jeff tersenyum melihat semburat merah di pipi Hailee yang terlihat malu-malu sebelum akhirnya Hailee berpaling darinya. Menggemaskan, ucapnya dalam hati. “Baiklah. Aku akan disini sampai kau tidur,” Jeff melihat sekitar dan menemukan sebuah soffa panjang yang sepertinya tempat biasa Hailee membaca buku atau melakukan aktivitas favoritnya karena terdapat banyak buku di sekitar sofa yang terlihat nyaman disamping jendela dan tidak terlalu jauh dari Hailee. “Aku akan duduk disini.” Jeff menjatuhkan dirinya di sofa empuk itu dan memandangi Hailee yang tengah terlentang dan menutup matanya rapat-rapat. Jeff tersenyum melihatnya. Ia tahu Hailee masih belum tidur saat ini. Jeff tidak mengerti dengan dirinya sendiri. Biasanya ia selalu bisa menahan dirinya terhadap lawan jenis, namun entah mengapa saat tadi bersama Hailee dirinya selalu lepas kendali seperti yang telah terjadi beberapa waktu lalu.   Semalaman Jeff tidak bisa membuat dirinya terbang ke alam mimpi dan hanya memandangi Hailee atau sekedar merubah posisi baringnya karena ia harus rela tidur di sofa kecil yang hanya bisa diduduki oleh dua orang itu. Kakinya yang panjang terasa tidak nyaman karena harus sedikit menekuk untuk menyesuaikan dengan luas sofa. Jarum jam sudah menunjukkan waktu subuh. Saat iahendak beranjak keluar dari kamar Hailee, Hailee berteriak hingga membuatnya cemas. “No!” teriak Hailee, “Don’t shoot my mom!” lanjut Hailee yang kali ini terdengar bebisik lirih seperti hendak memohon. Jeff mendekat dan mengusap wajah Hailee yang sudah basah oleh keringat. Semalaman Hailee terlihat tertidur dengan tenang, namun sekarang Hailee sepertinya memimpikan hal buruk yang sudah membuatnya trauma dan mengharuskannya hidup dalam kelainan yang ia miliki. “I’m here, little girl. I’m here. Tenanglah my girl.” Jeff memeluk Hailee begitu erat dan berharap Hailee akan sedikit lebih tenang. “Mamih!” teriak Hailee didalam pelukan Jeff dengan nafas yang terputus-putus. Hailee segera memeluk erat Jeff dan meremas tangannya diatas baju Jeff sekuat tenaga untuk menghilangkan rasa takutnya. “Tidak apa-apa. Itu hanya mimpi Hailee. Kau sudah aman denganku.” Ucapan yang dikatakan Jeff terasa mantra yang membuatnya tenang seketika karena mimpi sialannya yang selalu hadir di tidurnya setiap malam. Sebenarnya sepanjang malam Hailee tidak bisa tidur karena ia selalu merasa diawasi oleh Jeff yang menemaninya tidur di kamarnya atas keinginannya. Ia baru saja terpejam tidur ketika waktu subuh datang. Entah ia sudah kerasukan apa hingga tanpa tahu malu menahan Jeff di kamarnya.   Pagi ini Hailee sudah siap untuk sarapan pagi yang membuatnya bersemangat. Setelah sekian lama ia harus mengurung diri didalam kamar dan selalu mencuri waktu untuk keluar dan mengambil makanan saat orang-orang yang ada didalam rumah sedang tidak berada didalam. Kini ia sangat bersemangat untuk sarapan pagi ditemani oleh Adam dan Jeff. Ah, ia hampir lupa dengan Kelly. Selama seharian kemarin, ia tidak melihat keberadaan Kelly. Pagi ini, Hailee memakai pakaian yang lebih santai tanpa memakai hoodi yang selama ini ia pakai hanya untuk mengambil makanan di dapur. Hailee berjalan semakin pelan ketika semakin dekat denagan dapur. Ia memikirkan berbagai cara untuk menyapa orang-orang yang ada didalam rumahnya. Terutama Adam dan juga Jeff. Hailee sedikit mengintip dan memajukan kepalanya saja untuk melihat keadaan didalam dapur. Tidak ada siapa-siapa. Harusnya ia sudah tahu dengan ketidak hadiran seorang pun didalam dapur ini karena ia memang selalu makan sendiri. Setelah semua rasa cemasnya untuk menyapa setiap orang yang ada di rumah ini hanya tinggal asap yang mengepul ke atas. Sia-sia. “Nona muda.” panggil Kelly tiba-tiba dan memuat jantungnya serasa melinjak kaget. “Mamih!” Hailee memegang dadanya dengan tangan kanannya mendapati Kelly dengan rapihnya sudah berada dibelakangnya. “Kelly! Kau membuatku hampir mati muda.” Kelly hanya tersenyum tipis melihat ekspresi lain yang tidak iasa dari nona mudanya ini. Sepertinya ia lebih senang mendengar omelan dari nona mudanya ini untuk pertama kalinya dari pada harus melihat raut ketakutan dari nona mudanya ini. “Maaf, nona. Saya hanya ingn menyapa anda setelah kemarin saya tidak pulang karena harus mengurus perpindahan anda.” Jelas Kelly dengan masih menunjukkan senyuman tipisnya. “Ah, begitu. Tidak apa-apa.” Hailee berniat untuk pergi ke dapur, namun ia kembli berbalik. “Jika tidak keberatan, maukah kau menemaniku sarapan?” Kelly kembali tersenyum mendengar permohonan tak biasa dari nona mudanya. “Sebuah kehormatan bagi saya nona.” Hailee dan Kelly sarapan bersama tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari keduanya. “Kakak.” Suara mungilyang sangat familiar terdengar memanggil Hailee dan membuatnya tersenyum senang. “Hei! Siapa yang membawamu kemari? pergilah! jangan, mengganggu sarapan nona muda!” Tanpa menunggu tanggapan dari Hailee, Kelly segera mengusir Adam karena khawatir dengan keberadaan orang asing yang akan membuat nona mudanya ketakutan. “Hei, kau! Apa kau tidak membaca peraturan saat mulai bekerja disini?” Kelly memarahi seorang bodyguard wanita yang sepertinya sudah menggantikan sift Jeff. “Maaf atas kecerobohan saya nyonya.” Ucap badyguard wanita yang tidak dikenal oleh Hailee itu. “Tidak apa-apa Kelly. Adam adalah temanku.” Hailee segera mengehntikan Kelly yang sepertinya akan mengamuk karena ketidak disiplinan salah satu bodyguard wanita masuk untuk mengejar Adam. “Kalian berdua masuklah. Temani aku sarapan.” Lanjut Hailee dan membuat Kelly terheran luar biasa melihat nona mudanya ini. “Nona, anda....” Kelly termangu melihat keadaan nona mudanya yang sudah jauh lebih baik saat ia tinggalkan sehari kemarin hingga membuat matanya berkaca-kaca.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN