“Jadi kamu sudah setuju?” “Ya, Pah. Saya ingin mencobanya,” jawab Kamarudin setelah menganggukkan kepalanya. Ia sudah mempertingkan segala konsekuensi dari pilihannya. Setidaknya, ia tak akan mengusik hasil kerja keras kakaknya jika bergabung di perusahaan milik papa mertuanya. Kamarudin tahu diri. Selama dirinya hidup, ia bahkan tak pernah sekali pun membantu sang ayah. Itulah mengapa dirinya tak memiliki minat untuk menerima tawaran Kalingga selama ini. Perusahaan itu berkembang dibawah kepemimpinan Kalingga. Suatu tubuh tidak mungkin bisa terus berjalan baik jika mempunyai banyak kepala. “Baiklah kalau kamu setuju. Ingat! Papa nggak pernah maksa kamu loh, ya, Din?!” Rongga-rongga d**a Kamarudin menyerap udara yang masuk dari kedua lubang hidungnya. Secara teknis memang tidak perna