Gia keluar dari gerbong kereta api dengan membawa tas ransel miliknya yang tak pernah ketinggalan. Dihirupnya udara kota Malang yang dirindukannya, lebih dari setahun ia meninggalkan kota kelahirannya ini dan kini ia kembali lagi, Gia pulang... Ia melangkah keluar dari stasiun dan mencari angkot menuju ke rumah kedua orangtuanya. Ia termenung diperjalanan menuju kampung halamannya, bayangan kejadian di apartemen Arsya kembali berkelebat dimatanya, dadanya menjadi sesak seperti ada benda berat yang menghimpitnya. Ia menghela nafas dalam agar sesak di dadanya berkurang. Jarak satu jam dari stasiun ke rumah kedua orangtuanya terasa cepat karena dalam perjalanan ia hanya melamun. Ia turun dari angkot tepat di tepi hamparan kebun teh milik bapaknya. Rumahnya memang berada tak jauh dari perkeb