“Bagian dari mana saya menyindir, Kezia?” tanya Mas Nino. Pria itu tampak sedang berusaha mengatur nada suaranya agar nggak meninggi. “Menurut kamu, apa yang bisa diharapkan dari sebuah pernikahan yang bahkan nggak saya inginkan sendiri?” lanjut pria itu bertanya.“Jadi, kamu pikir aku juga pengen banget, ya, terikat pernikahan dengan kamu?” balasku nggak mau kalah dengan Mas Nino. “Dan lagi, apa maksud kamu bicara gitu ke orang tuaku, Mas?” lanjutku mencecar pria itu. “Sadarkah kamu kalau ibumu bermuka dua, Kezia?” desis Mas Nino bertanya dengan volume suaranya yang rendah. “Dia jelas-jelas tau kalau pernikahan kita didasari oleh keterpaksaan. Jadi, untuk apa lagi bertanya tentang keadaan kita?” lanjut pria itu. “Jangan sembarangan kalau ngomong!” sanggahku. Namun, jauh di dalam lubuk ha