Begitu aku keluar dari ruang ganti, sosok Mas Nino sudah nggak tampak di seluruh penjuru toko pakaian wanita ini. Seakan mengerti dengan ekspresi kebingungan yang terpatri di wajahku, pramuniaga yang melayaniku tadi pun lantas berkata, “Belanjaannya Mbak udah dibayar sama Mas tadi, ya, Mbak. Mas-nya baru aja keluar dari toko, mungkin lagi berdiri di depan.” “Oh … makasih, ya, Mbak,” balasku seraya mengangguk kecil. “Iya, sama-sama, Mbak. Terima kasih juga dan datang kembali, ya …,” ujar si pramuniaga sebelum aku berjalan melewati rak dan etalase di toko ini untuk mencapai ambang pintu masuk. Benar saja. Begitu tungkaiku melangkah keluar dari toko, kedua netraku langsung menemukan sosok Mas Nino yang ternyata sudah menungguku dengan sebelah tangannya yang dimasukkan ke dalam saku celana.