Pria misterius itu bernama lengkap Kamasena Prasojo. Pria yang tinggal di pesisir pantai dan hidup sebatang kara. Dianugerahi tubuh tinggi tegap dan paras rupawan. Perpaduan yang sempurna untuk memikat kaum hawa. Kamasena yang berprofesi sebagai seniman patung itu, sudah tidak memiliki sanak saudara. Bahkan dia sendiri tidak tahu apakah dia pernah bertemu dengan orang tuanya atau tidak. Kamasena tumbuh di panti asuhan dan kabur setelah berkali-kali mendapat kekerasan fisik di tempat yang seharusnya memberikan perlindungan padanya itu.
Kamasena adalah pria dengan pribadi yang tertutup. Dia jarang tersenyum juga bicara jika tidak benar-benar membahas sesuatu yang penting. Dia tidak memiliki kekasih, meski banyak perempuan yang tergila-gila padanya. Namun, sebagai pria normal, sesekali Kamasena menyewa perempuan bayaran untuk menuntaskan hasrat kelelakiannya.
Hingga takdir pada akhirnya menuntun Kamasena bertemu dengan Rosalia. Gadis berlesung pipi yang memiliki binar mata indah.
Jarang bagi Kamasena mengingat teman tidurnya. Biasanya dia dengan mudah melupakan begitu saja perempuan-perempuan yang pernah dicicipinya. Namun berbeda dengan Rosalia. Dia masih mengingatnya hingga bertahun lamanya. Bahkan dia masih mengingat wangi parfum yang digunakan oleh wanita itu. Dan Kamasena meyakini jika ingatan kuatnya pada Rosalia itu karena dia adalah pria pertama bagi Rosalia. Dia yang telah merobek selaput dara pada milik Rosalia empat tahun silam.
Ingat pada saat itu, Kamasena meninggalkan kamar hotel tempatnya memadu kasih dengan Rosalia lebih dulu. Karena sesuai perjanjiannya dengan pengantar Rosalia, menurut orang yang membawa Rosalia pada saat itu, Rosalia tidak suka jika saat bangun dia menemukan teman kencannya berada di sampingnya.
Hingga akhirnya setelah bertahun-tahun tidak bertemu dnegan wanita itu. Pada sebulan terakhir ini, Kamasena dipertemukan kembali dengan Rose-nya. Sayangnya, entah mengapa Rosalia terlihat tidak suka saat bertemu dengannya. Bahkan lebih dari sekadar tidak suka, wanita itu terlihat sangat membencinya.
Dan dua hari lalu, rasa penasarannya terjawab sudah. Rupanya, telah terjadi seuatu pada Rosalia yang menyebabkan wanita itu berada di kota ini sekarang.
Kegiatan panas mereka direkam oleh seseorang dengan maksud tertentu pastinya. Kamasena bertekad untuk mencari tahu mengenai video tersebut, bagaimana pun caranya. Dan dia akan mendampingi Rosalia. Rosalia pasti sangat terpukul karena skandal itu dan dia pasti merasa hancur.
Hari ini, Kamasena akan menemui Rosalia kembali, meski wanita itu sudah melarangnya. Kamasena ingin lebih dekat dengan wanita itu. Dia ingin mendampingi Rosalia, setelah peristiwa berat yang menimpa wanita itu.
…..
Ada banyak kemungkinan yang akan terjadi di dunia ini. Tapi Rosalia tak menyangka jika kemungkinan itu mempertemukannya dengan Kamasena setelah empat tahun berlalu. Dalam benaknya, Rosalia tak pernah berharap untuk bertemu dengan Kamasena lagi, karena memang pada dasarnya mereka tak memiliki hubungan apa pun sebelumnya.
Jangankan Kamasena, Marvin yang dia cintai dan dia perjuangkan selama sepuluh tahun lamanya saja, Rosalia tak berharap untuk bertemu dengan pria itu lagi. Kecewanya teramat dalam pada pria itu, hingga akhirnya kini Rosalia menganggap Marvin telah mati. Ya, mati bersama perasaannya yang dia jaga selama sekian lama.
Rosalia menghela napas, jari-jari dan matanya lelah setelah hampir dua jam lamanya dia merajut. Ada pesanan tas dari marketplace yang harus diselesaikannya dua hari lagi dan dia masih harus membuat tali tasnya.
Lapar yang menerpanya, membuat Rosalia untuk rehat dari rutinitas merajutnya. Merapikan segala perintilan merajut, Rosali menuju kamar. Dia mengecek lemari tempat penyimpanan makanan. Masih ada sepotong roti di sana, lantas dia ambil untuk mengisi perutnya yang keroncongan. Waktu makan malam masih dua jam lagi. Dia berencana makan malam dengan mi rebus saja nanti, untuk berhemat. Dia tidak boleh hidup boros, bahkan untuk sekadar makan pun Rosalia harus banyak-banyak menahan keinginannya, agar uang gajinya cukup. Karena jika dia kekurangan, dia tidak tahu harus meminta tolong pada siapa.
Ketiduran, Rosalia terbangun saat pintu kamarnya diketuk oleh seseorang. Suara penjaga kos terdengar dari balik pintu kamar. Dengan sedikit tergesa, Rosalia beranajan dari tempat tidur, melangakah menuju pintu dan membukanya.
“Ya, Pak?” tanya Rosalia begitu menyembulkan kepalanya di sela pintu.
“Mbak Ros, ada tamu, katanya temannya Mbak Ros, namanya Kamasena.”
Rosalia diam sejenak. Dia tidak menduga Kamasena akan menemuinya lagi, setelah dua minggu lalu terakhir mereka bertemu.
“Mbak, Mbak Ros, kenal nggak sama dia? Kalau nggak kenal biar saya suruh pulang saja,” tanya penjaga kos lagi, memastikan.
“Oh ya, saya kenal, Pak. Saya siap-siap dulu, nanti saya ke sana, Pak,” ucap Rosalia, lantas masuk kembali ke dalam kamar, merapikan penampilan.
Sudah beberapa menit berlalu, Rosalia masih menatap wajahnya di depan cermin meja rias. Dia sedikit ragu sebenarnya untuk menemui Kamasena. Tapi pada akhirnya, Rosalia tetap melangkah menemui Kamasena yang menunggunya di ruang tamu kos.
“Hai,” sapa Rosalia dengan canggung, lantas duduk di sofa tak jauh dari Kamasena.
“Apakah aku ganggu?” tanya Kamasena yang melihat ekspresi Rosalia seperti tidak senang akan kedatangannya.
“Nggak ganggu. Hanya saja, aku bingung, untuk apa kamu menemuiku lagi.”
“Aku mau mengajakmu jalan-jalan,” kata Kamasena terus terang.
Selama dua minggu ini, pria itu diliputi rasa penasaran mengapa Rosalia bisa sampai berada di kota ini. Benar memang alasannya karena video mereka yang konon tersebar luas. Namun mengapa Rosalia sampai harus hidup sendirian sekarang?
Jadi, tujuan Kamasena menemui Rosalia, bertujuan untuk menggali lebih dalam tentang Rosalia.
“Jalan-jalan?” tanya Rosalia terkejut.
“Ya, ke pantai.”
“Malam-malam begini?” Rosalia semakin terkejut.
“Kamu takut?”
Rosalia mengangguk cepat. Dia memang takut, apalagi pergi dengan pria asing yang sama sekali tak dikenalnya.
“Aku tidak akan menyakitimu, kalau kamu takut soal itu.”
“Untuk apa kita ke sana malam-malam begini? Nggak akan bisa lihat sunset atau sunrise juga kan? Lebih baik kita ke pasar malam saja di depan sana. Kebetulan aku juga lapar.”
“Ok.” Tanpa mendebat, Kamasena menyetujui usul Rosalia. Meski sebenarnya Kamasena sudah menyiapkan sebuah tenda di tepi pantai sana dengan peralatan lengkap untuk barbeque.
Kamasena tak ingin memaksa Rosalia untuk ikut dengannya, karena khawatir, wanita itu justru akan menjauhinya.
Bersambung