Ch-7

1402 Kata
"Bu Syakila? Apa ada masalah?" Tanyanya ketika Syakila hanya terdiam seribu bahasa saat mereka berdua berada di dalam mobil menuju ke kantor. "Tidak ada Yana, aku baik-baik saja." Ucapnya sambil tersenyum tipis. Aryana tahu ucapan Syakila tidak sesuai dengan isi hatinya. Gadis itu melihat ceo-nya tersebut menyimpan sesuatu jauh-jauh di dalam lubuk hatinya. Entah kenapa dia ingin mengungkapkan segala-galanya pada Syakila. Karena Aryana yakin wanita di sebelahnya itu sangat mencintai sang presdir yaitu Rendi Saputra. Dia tahu segalanya setelah melihat perubahan sikap Syakila semenjak melihat semua untaian kata di dalam ponselnya. Mereka sudah sampai di perusahaan milik Syakila. Aryana melihat kemana arah tatapan ceo-nya tersebut, ke arah Rendi yang tengah berdiri bersandar di sisi mobilnya. Tepat saat Syakila memarkir mobilnya, Aryana menahan lengannya ketika ia hendak turun. "Kenapa Yana?" Tanyanya pada gadis itu. "Ibu temuilah dia, katakan segala-galanya. Ana mohon, hentikan saja kesalahpahaman ini. Ana tidak mencintainya, sama sekali tidak menginginkan pria itu." Ujarnya dengan tatapan penuh ketulusan. Sayangnya Syakila Adriana memiliki sikap keras kepala sekali, dia juga sangat berpegang teguh pada prinsipnya. Tidak mudah untuk merubah keputusannya. "Ana mohon Bu?" Ujar Aryana lagi. Syakila melepaskan genggaman tangannya, dia segera turun dari dalam mobilnya mendahului gadis itu masuk ke dalam kantornya. Aryana kelabakan, dia menggigit ujung kuku jarinya. "Bagaimana ini! Aku harus bagaimana!" Jeritnya, dia masih berada di dalam mobil. "Huuuh! Ayo Yana turun! Kamu pasti bisa!" Ujarnya seraya mencari kantong plastik untuk menutupi kepalanya lalu turun dari dalam mobil Syakila. Dengan tindakan konyolnya tersebut bukannya malah bisa menutupi identitasnya, tapi dia malah menjadi pusat perhatian seluruh karyawan yang sedang berlalu-lalang di depan kantor. "Hahhahahaha! Apa-apaan itu!" Terdengar suara gelak tawa beberapa orang di sekitarnya. "Bruuk!" Aryana meraba sesuatu yang menghalangi langkahnya, dia menabrak sebuah pohon. "Bruuuk! Sialan tong sampah!" Keluhnya lagi karena tidak bisa melihat apapun di depannya. "Bruuukkk! Aduh! Apaan nih? Kok gede banget! Aishhhhh! Wangi, kok mirip parfumnya... Astaga presdir terkutuk!" Ujarnya seraya membuka kantong plastiknya dari atas kepalanya. Rendi tersenyum sambil berkacak pinggang, pria itu berdiri menghadang langkahnya. "Apa katamu barusan? Coba katakan sekali lagi?" Tanya Rendi sambil mengorek lubang telinganya. Aryana melihat ke lantai atas, dia melihat Syakila Adriana. Wanita itu berdiri di depan jendela ruangannya. "Aku bukan Syakila." Ujarnya seraya menatap ke arah gedung lantai atas dimana Syakila tengah berdiri. Rendi tersenyum mendengar ucapannya, padahal dia sudah tahu kalau Aryana bukanlah Syakila. "Lalu siapa Syakila? Kamu menemukannya untukku?" Tanya Rendi iseng-iseng. "Iya! Dia adalah Syakila yang kamu cari!" Ujar Aryana seraya menunjuk ke arah gedung dimana Syakila sekarang tengah berdiri. Karena Aryana menunjuk dirinya Syakila buru-buru masuk ke dalam. Menjauh dari jendela ruangan kerjanya. "Mana? Awan putih itu?!" Ujar Rendi, ikut berdiri di sebelahnya dia sedikit menundukkan kepalanya mengikuti tatapan ke arah mana Aryana menunjuk. "Bukan itu gedung lantai atas!" Keluh Aryana lagi sambil menoleh ke arahnya. Malangnya bibir pria itu ternyata sudah siap siaga untuk berlabuh pada bibirnya! "Cup!" Rendi tiba-tiba mengecup bibirnya. "Kau! Dasar pencuri! Buk! Buk! Buk!" Gerutu Aryana di depan wajahnya, sambil memukuli lengannya. Kebersamaan mereka berdua menyita perhatian publik, Aryana tidak sadar kalau dirinya menjadi pusat perhatian seluruh karyawan sekarang. "Apa-apaan ini? Gadis magang itu berpacaran dengan presdir Rendi? Pria dingin itu memilih daun muda untuk jadi kekasihnya?" Bisik-bisik orang yang sedang berlalu-lalang di sekitar mereka berdua. "Sialan! Memalukan sekali!" Gerutu Aryana yang merasa kalau harga dirinya terlalu tinggi untuk disandingkan dengan presdir perusahaan interior tersebut. "Kau! Kau!" Rendi tidak menyangka jika gadis di sebelahnya itu akan mengatakan hal itu. "Apa kau? Kau?" Tanya Aryana dengan berani.. "Bukannya seharusnya aku yang mengatakan hal itu!" Keluh Rendi karena Aryana dengan gaya cueknya mendahuluinya masuk ke dalam kantor pemasaran tersebut. Dia hanya bisa terbengong-bengong melihat gadis itu menghempaskan rambut panjangnya untuk menampar wajah tampannya. "Woaahh! Gadis macam apa itu!" Dia berteriak sambil menunjuk ke arah punggung Aryana. Mendengar suara teriakannya Aryana segera berbalik menatap ke arahnya, "Buweeeeekkk!" Menjulurkan lidahnya, sambil membuka kedua matanya lebar-lebar dengan sepuluh jemarinya. "Astaga! Unik sekali!" Ucap Rendi sambil tertawa terpingkal-pingkal menahan gelak tawanya, dengan gemas dia memukuli kab mobilnya dengan kedua tangannya. "Dia terlihat sangat bahagia sekali." Gumam Syakila Adriana dari dalam ruangan kerjanya, ketika melihat Rendi. Beberapa saat kemudian Rendi mendapatkan telepon, Syakila melihat pria itu tersenyum menatap ke arahnya. Ke arah gedung lantai atas dimana dirinya berdiri sekarang. "Jangan-jangan dia tahu siapa aku?" Gumam Syakila pada dirinya sendiri, rasa yang seharusnya menjadi kebahagiaan saat menemukan pria pujaannya kini berubah menjadi was-was karena takut ketahuan. Atau dituduh sengaja mempermainkan perasaan pria itu. Rendi segera masuk kembali ke dalam mobilnya, lalu pergi keluar dari halaman perusahaan tersebut. "Ada apa Bu?" Seorang asisten Syakila masuk ke dalam ruangannya. "Coba kirimkan ini ke laboratorium." Perintahnya pada asisten kepercayaannya tersebut. Asistennya hanya menganggukkan kepalanya lalu segera keluar dari dalam ruangan kerjanya. Syakila mengusap wajahnya sendiri, dia benar-benar khawatir sekali. "Jika benar Aryana adalah adik kandungku, apa yang harus aku lakukan? Apakah takdir yang menyatukan kebersamaan kami melalui Rendi Saputra?!" Tanyanya pada dirinya sendiri, dia membenamkan wajahnya di atas meja kerjanya. Pikirannya sangat kacau sekali, dia bahkan tidak tahu apa keinginannya sekarang. Aryana sudah memulai pekerjaannya, gadis itu duduk di belakang layar komputer. Jemari tangannya tampak sibuk di atas keyboard. "Yana. Lo dekat banget ya sama si presdir interior itu? Sampai disamperin segala ke kantor magang!" Seloroh Juwita sahabatnya sekampus yang ikut magang di perusahaan tersebut. Kebetulan mereka duduk bersebelahan meja. "Nggak, mana mungkin?" Elaknya dengan sengaja, dia pandai sekali menyembunyikan kebenaran tentang hubungan rumitnya dengan pria berstatus presdir tersebut. "Terus dia ngapain cium-cium tadi di halaman?" Tanyanya seraya menunjuk bibirnya sendiri. "Hahahaha! Itu kecelakaan!" Sahutnya cuek bebek, nggak mau peduli masih tetap melanjutkan pekerjaannya. "Aryana, sepertinya dia naksir sama elo." Ujar Juwita lagi, sahabatnya itu. Aryana tahu bagaimana perasaan Rendi terhadap Syakila, dia malah berpikir pria itu dengan sengaja melakukan hal tersebut untuk mengoyak-ngoyak hati Syakila! Untuk menarik wanita cantik itu dari sarang persembunyiannya! Demi menarik sang Ratu agar turun dari singgasana kesombongannya! Aryana berpikir seolah-olah Rendi tidak peduli dengan perasaan dirinya yang bisa saja terluka akibat permainan tersebut! Aryana sengaja berpikir dari sisi terburuknya, baginya sangat mustahil seorang Rendi sungguh-sungguh ingin mendekati dirinya dengan sebuah perasaan yang tulus. Karena dia sudah melihat betapa gilanya pria itu ketika dia mengambil sebuah buku yang hanya bertuliskan nama seorang Syakila Adriana! Tapi tidak demikian, Aryana sudah salah faham sejak awal. Itu juga karena Rendi yang tidak mau menyatakan perasaannya padanya. Yang telah beralih dari seorang Syakila ke arah gadis lain bernama Aryana. "Sakit sekali! Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada pria sinting sepertinya!" Keluh Aryana sambil meremas jemari tangannya sendiri. Dia merasa kesal sekali, dia berpikir Rendi hanya menggunakan dirinya sebagai pion untuk memancing kekasih sejatinya agar turun lalu melangkah ke dalam pelukannya. "Jika benar demikian, dia pria sangat jahat dan kejam!" Ujarnya lagi pada dirinya sendiri. Tak terasa waktu berlalu begitu cepat, Aryana sudah bersiap-siap untuk pulang. Sama halnya dengan Juwita sahabatnya. Syakila sepertinya juga sudah keluar sejak siang tadi, karena harus menghadiri acara meeting di luar perusahaan. Gadis itu melangkah dengan kaki lesu menuju jalan raya, dia berniat naik angkutan umum untuk menuju ke kostan tempat ia tinggal. "Hai!" Sapa suara yang tidak asing di telinganya. Siapa lagi kalau bukan Rendi! Pria itu mengulurkan sebuah lollipop di depan wajahnya sambil tersenyum riang. "Sepertinya perusahaanmu bakalan bangkrut!" Sergah Aryana seraya merenggut permen tersebut dari genggaman tangannya. Rendi mematung di sebelahnya gara-gara mendengar ucapan kasarnya tersebut. "Kamu menyumpahi ku? Wah kejam sekali!" Keluh Rendi seraya menjilati permen di genggaman tangannya sendiri. "Karena kamu terlalu sibuk mengurusi hal-hal yang tidak penting seperti sekarang!" Lanjut Aryana lagi. Dia tidak peduli, dan tidak ingin peduli lagi. Baginya tidak ada suasana romantis antara mereka berdua. "Kamu penting untukku." Sahut Rendi segera ketika melihat bus berhenti tepat di depan matanya. "Tapi kamu, tidak penting bagiku! Tak! Kraaak!" Seraya berkata demikian Aryana menjatuhkan permen pemberian darinya, kemudian menginjaknya dengan sepatunya hingga hancur. Gadis itu naik ke dalam bus, tanpa menoleh ke belakang lagi. Bus melaju berlalu dari hadapan Rendi, pria itu tetap tersenyum kecut menatap kepergiannya. Dia melihat permen yang sudah hancur tepat di depan kakinya. Dia pun menginjaknya, lalu berlalu dari halte bus tersebut menuju ke arah mobilnya. Ada segurat rasa bersalah di dalam hati gadis itu. Dia mengusap butiran bening yang sudah menggantung pada kedua sudut matanya. Tanpa sadar dia terisak-isak sendiri di kursi bus. Sakit sekali hatinya, dia belum pernah berpacaran tapi dia terpaksa harus menyingkirkan perasaan itu, sebelum sempat muncul di dalam hatinya! Lantaran dia sangat yakin kalau pria itu hanya memanfaatkan dirinya sepihak.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN