Ch-6

1195 Kata
Aryana merasakan isakan tangis Syakila semakin menjadi, dia mengusap punggung ceo-nya tersebut agar merasa lebih tenang. "Tidak ada yang lebih penting bagiku selain dirimu Aryana." Ujar Syakila padanya tiba-tiba. Aryana terkejut mendengar ucapannya, dia sendiri juga merasa nyaman berada di dalam pelukan Syakila. Padahal ia baru saja mengenalnya beberapa hari yang lalu. "Perasaan apa ini? Wanita ini membuatku begitu nyaman berada dalam pelukannya, apakah kami memiliki hubungan khusus?" Bisik dalam hati kecil Aryana. "Tinggallah bersamaku Yana, aku tidak keberatan kamu berada di sini." Ujar Syakila dengan sungguh-sungguh. Aryana termenung sejenak, gadis itu melepaskan pelukan Syakila pada bahunya perlahan. "Tapi saya memiliki tempat tinggal sendiri, maaf Bu, bukannya saya menolak." Ujarnya dengan sopan, Aryana tidak ingin mengambil kesimpulan apapun mengenai kedekatan mereka berdua saat itu. Dia sendiri sedikit merasa aneh karena rasa nyaman tersebut. Meskipun Syakila bersikap baik dan ramah pada teman-teman Aryana, tapi wanita berparas cantik dan anggun tersebut terhitung sebagai wanita yang sulit untuk di dekati, dia selama ini lebih suka menutup diri. Apalagi didatangi ke rumah oleh karyawannya, pasti dia lebih memilih pertemuan di luar atau di perusahaan miliknya. "Baiklah, aku tidak akan memaksamu lagi." "Saya tidur dulu bu." Pamit Aryana padanya, Syakila menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lembut. Aryana kemudian berdiri dari kursinya menuju ke kamarnya, dia melihat Syakila masih menatap ke arahnya ketika ia mencuri pandang ke arah atasannya itu. Yana menundukkan kepalanya untuk memberikan hormat kepada atasannya tersebut sebelum menutup pintu kamarnya. "Apa yang dia inginkan dariku? Kenapa aku merasa sangat aneh? Bukankah dia terkenal sebagai ceo yang dingin, serta selalu menutup diri?" Tanyanya pada dirinya sendiri. Kemudian melangkah menuju tempat tidurnya. Aryana merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya, dia merasa sangat nyaman sekali berada di kasur lembut tersebut. "Nyaman sekali! Pasti harganya sangat mahal." Gumamnya lagi sambil menjatuhkan kakinya beberapa kali di atas tempat tidur tersebut. Syakila tersenyum bahagia mendengar gumaman kecilnya dari luar pintu kamarnya. "Apa-apaan ini? Spam?!" Pekik Aryana ketika melihat seratus lebih notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. "Astaga! Apa-apaan ini?" Pekiknya lagi, karena melihat Rendi mengirimkan foto, serta mengirimkan banyak pesan padanya. Pria itu juga sudah tahu dimana dia memilih tempat magang setelah melarikan diri dari genggaman tangannya. "Hubungi aku segera! Atau aku akan datang ke kantor tempat kamu magang besok. Pagi-pagi sekali!" Begitu yang tertera pada pesan masuk ke 110 dari Rendi Saputra. "Pria ini benar-benar sudah tidak waras! Sialan! Bagaimana ini!?" Keluh Aryana lagi, dia ingin sekali mempertemukan Syakila dengan Presdir gila itu. Tapi dia ragu-ragu, karena dia takut Syakila akan tersinggung atas tindakan yang dia lakukan tanpa meminta pendapatnya terlebih dahulu. Akhirnya dia memutuskan membuka blokirannya kembali pada nomor pria itu, untuk menghubunginya. "Halo sayang..!" Jawab Rendi dengan suara cerah, secerah matahari di tengah cuaca terik. "Presdir, aku, maksud saya, anu, saya.." Aryana bingung sekali, dia sampai memejamkan matanya ketika membuka bibirnya untuk berbicara pada pria di seberang sana. Rasa muak bercampur kesal, rasa takut, dan ingin melarikan diri membuatnya gugup juga tidak bisa mengeluarkan kata-kata yang ingin dia utarakan padanya. "Kenapa gugup sekali sayang?" Tanya Rendi tanpa beban sama sekali, mendengar nada enteng tersebut, membuat Aryana berpikir sepertinya pria itu sudah tidak peduli lagi kalau Aryana bukan wanita yang dia cari. "Aku bukan Syakila." Hanya kata itu yang bisa dia katakan padanya, karena selain tidak memiliki mood yang bagus Aryana juga tidak ingin berbicara dengan pria itu. "Berhentilah mengatakan hal yang sama sayang.." Sahut Rendi lagi, dia tidak peduli dengan jeritan hati lawan bicaranya yang sudah siap meledak karena kesal setengah mati. "Oke, terserah anda. Tapi bolehkah saya tidur sekarang tuan presdir? Ini sudah sangat larut." Pamit Aryana padanya, dia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi dalam situasi pelik tersebut. Obrolan dengan seorang pria yang sama sekali tidak dia harapkan. "Panggil aku Rendi, sayang." Ujarnya dari seberang. "Tapi itu sangat tidak sopan, saya bukan siapa-siapa anda. Dan saya juga tidak berminat untuk menjadi siapapun di sekitar anda." Keluh Aryana lagi. Ucapan polos dan nada apa adanya tersebut membuat Rendi tersadar pada satu hal, bahwa Aryana bukanlah gadis yang dicari olehnya, bukan Syakila!! Tapi dasar sial, pria itu terlanjur nyaman mengusik kehidupan gadis magang tersebut. Dan Rendi tidak berniat untuk mengambil langkah untuk kembali berbalik arah atau menjauh. "Aku tahu sayang. Panggil saja aku Rendi, atau aku akan datang ke tempat kamu magang besok?" Ujar Rendi dengan bibir tersenyum. Pria itu telah mengambil keputusan untuk memulai awal kisah asmaranya kembali, bukan dengan Syakila Adriana tapi bersama dengan Aryana Safira. Bulu kuduk Aryana terasa bergidik pada sekujur tubuhnya, dia tidak pernah berhasrat untuk menjalin sebuah kisah romantis atau hubungan dengan pria manapun. Paksaan Rendi Saputra membuat gadis itu terpaksa melakukan hal yang bertentangan dengan perasaannya. "Baiklah, Re, Re, Re, ndi." Masih dengan suara tergagap dan bibir gemetar. Mendengar suara gugupnya Rendi tertawa terpingkal-pingkal sambil menjauhkan ponselnya. Pria itu sangat menikmati setiap pembicaraannya dengan Aryana. "Oke sayang, sampai jumpa besok pagi di halaman perusahaan tempat kamu magang, emuaaaaccchhh! Tuuuttt!" Setelah berkata demikian, Rendi mengakhiri panggilan teleponnya segera karena dia tidak bisa menahan lagi gelak tawanya. Pria itu membayangkan bagaimana pucatnya wajah gadis tersebut ketika mendengar dia mengucapkan kalimat terakhirnya. "Wooiiii! Dasar sinting sialan! Presdir kampret! Haloooo! Apa-apaan! Dia dengan sengaja mengatakan bahwa dia akan datang ke perusahaan tempatku magang, setelah aku setuju memanggil namanya? Apa-apaan ini!" Aryana dengan putus asa menghubungi telepon pria itu kembali tapi sayangnya ponsel Rendi sedang sibuk menerima panggilan lain, dia tidak ingin mendapatkan malu karena ejekan teman-temannya ketika bertemu dengan Rendi di kantor Syakila. Aryana takut sekali jika Syakila berpikir dialah yang mengundang pria itu untuk menemui dirinya. "Kenapa keberuntungan tidak memihak kepadaku? Tuk! Tuk! Tuk!" Keluhnya lagi sambil memukuli keningnya dengan ponselnya. Aryana tidak tahu sejak kapan dia terlelap, ketika dia membuka matanya Syakila sudah duduk di tepi tempat tidurnya. Karena terkejut Aryana segera bangkit duduk. "Maaf Bu, saya sangat lelap semalam. Karena tempat tidur ini terlalu nyaman sekali." Ucapnya sambil menundukkan wajahnya. "Tidak apa-apa Yana, ayo mandi. Kita sarapan bersama lalu berangkat ke kantor." Ujar wanita itu sambil tersenyum menatap wajah Aryana. Pagi itu Syakila mendapatkan telepon dari kantornya kalau Rendi sudah berdiri di sisi mobilnya di depan perusahaan miliknya. Mereka pikir Syakila sedang menjalin hubungan kerja antara perusahaannya dengan perusahaan Rendi. Syakila ingin menanyakan hal tersebut pada Aryana, pikirnya Aryana telah mengungkapkan indentitas dirinya kepada Rendi Saputra. Akan tetapi, ketika masuk ke dalam kamarnya dia melihat ponsel Aryana berbunyi. Dan nama yang tertera di sana adalah 'Presdir terkutuk!', Syakila juga melihat pesan-pesan yang dikirimkan Rendi kepada Aryana saat gadis itu masih tertidur. Dia pikir Aryana tertidur, tapi sebenarnya gadis itu sudah terjaga! Aryana dengan sengaja mengatupkan kelopak matanya kembali saat pintu kamarnya dibuka perlahan-lahan. Gadis itu sengaja membuka kunci ponselnya, meletakkan sekenanya di sisi tubuhnya. Dia ingin melihat Reaksi Syakila saat mengetahui pria yang menginginkan kehadirannya telah memutuskan untuk mendekati dirinya mati-matian! Harapan Aryana tetap sama, yaitu agar Syakila membuka identitas dirinya sendiri pada Rendi. Dia sangat terkejut membaca pesan-pesan dari Rendi. Ada segurat rasa sakit ketika membaca rangkaian kata penuh kemesraan pada gadis yang dipikirnya adalah adiknya tersebut. Seolah-olah dia merasa kalau Aryana merebut kekasihnya. Padahal dia sendiri yang memutuskan untuk menyimpan baik-baik semuanya sendiri. Hari ini Syakila sudah memutuskan untuk melakukan tes DNA. Keputusan dirinya sudah bulat, karena dia yakin Aryana adalah adik kandungnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN