Jessica terdiam, hati dan pikirannya kacau. Padahal, ia sudah berniat sejak lama untuk mengenalkan Junior kepada Levin, membiarkan mereka memiliki hubungan antara seorang anak dan ayah seperti seharusnya. Namun entah kenapa, sekarang Jessisa merasa begitu takut. Ada sesuatu yang menahan lidahnya untuk berbicara. Ia tahu bahwa Levin berhak tahu, tetapi rasa ragu itu terus menghantuinya. Jika Levin tidak mempercayainya lagi, apa yang harus ia lakukan? "Jessica, kenapa kamu hanya diam saja? Jawab pertanyaanku, apakah benar Junior adalah anakku?" Levin bertanya lagi, kali ini dengan nada lebih mendesak. Jessica mengangkat pandangannya dan melihat ke arah Levin. Ada sorot di matanya yang seolah meminta kejujuran, tetapi juga menyimpan kekecewaan yang belum hilang dari masa lalu. "Bukan," kat